Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 15 September 2014, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menegaskan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tinggalkan partai sebagai langkah tak terpuji. Ia mengganggap Ahok tak tahu tata krama.

Sebelumnya, hubungan Ahok dan Partai Gerindra terkenal mesra. Partai Gerindra pernah jadi kendaraan Ahok jadi Wagub DKI Jakarta. Belakangan hubungan itu terganggu. Ahok merasa tak sevisi lagi dengan Gerinda dan mengundurkan diri.

Tiada yang abadi dalam perpolitikan Indonesia. Hari ini jadi kawan, besok jadi lawan. Kondisi itu pernah dialami oleh Ahok dan Partai Gerindra pada Pilgub DKI Jakarta 2012. Dahulu Gerindra pernah menyanjung tinggi tindak-tanduk Ahok sebagai politisi.

Partai Gerindra bahkan memajukan Ahok sebagai kader yang mendampingi kandidat Cagub dari Partai Demokrasi Indonesia (PDIP), Joko Widodo (Jokowi). PDIP-Gerindra percaya diri calon mereka dapat ungul melawan kandidat lain dalam kontestasi politik itu.

Sekalipun kandidat lain didukung oleh koalisi partai gemuk. Dewi Fortuna pun menghampiri Jokowi-Ahok hingga lolos jadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Kemenangan itu membuat Ahok jadi bukti kader Gerindra bertaji di pemerintahan.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo. (ANTARA)

Gerindra kerap membela kebijakan Ahok. Begitu pula sebaliknya. Belakangan hal itu tak lagi dilakukan Ahok. Wakil Gubernur DKI Jakarta itu merasa sudah tak lagi sevisi dengan Gerindra. Ahok merasa kecewa dengan langkah politik Gerindra yang mendukung usulan kepala daerah dipilih DPRD.

Ahok merasa Partai Gerindra bak mengingkari konstitusi. Alhasil, tiada lagi yang membuat Ahok harus bertahan berada di Gerindra. Ahok pun menyatakan niatannya untuk keluar dari Gerindra. Keinginan itu coba ditantang oleh kader Gerindra lainnya.

Ahok menjawab tantangan. Ia mengundurkan diri secara resmi ke Gerindra pada 10 September 2014.

"Saya sudah resmi mengundurkan diri dari Gerindra. Sejak saya memasukkan surat ini, saya sudah bukan orang partai politik lagi. Bagi saya, Partai Gerindra sudah tidak sesuai dengan perjuangan saya untuk memberikan rakyat sebuah pilihan terbaik," kata Ahok di Balai Kota Jakarta sebagaimana dikutip Kompas.com, 10 September 2014.

Kepergian Ahok dari Gerindra pun meninggalkan bekas. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menilai sikap Ahok sebagai langkah tak terpuji pada 15 September 2014. Adik Prabowo Subianto itu mengungkap Ahok tak tahu tata krama.

Alih-alih mundur baik-baik, Ahok justru menghebohkan pengunduran dirinya kepada media massa. Hashim pun berharap kader Gerindra lainnya tak mengikuti jejak Ahok. Sebab, Ahok dianggap contoh seburuk-buruknya seorang politisi.

"Saya berharap politisi muda tidak mengikuti jejak Ahok dalam perilakunya yang seperti ini. Saya berharap politisi muda lain adalah orang baik, tahu tata krama dan cara berpolitik yang baik. Kalau mau mundur, pamitan dengan baik. Bukan pamitan setelah mengundurkan diri. Itu cara yang baik sesuai adat Indonesia dan norma politikus yang baik di seluruh dunia.”

“Saya kira seperti itu. Tak etis kalau hanya bicara di pers, anggota partai wajib diskusi dulu. Modal politikus adalah modal suara dan modal pena. Itu modal politikus," ungkap Hashim sebagaimana dikutip laman kompas.com, 15 September 2014.