Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 27 tahun yang lalu, 6 September 1997, pemakaman jenazah Putri Diana dilakukan di perkebunan keluarga milik keluarga Spencer di Althorp, Northamptonshire, Inggris. Prosesi pemakaman itu disaksikan oleh 2,5 miliar orang di seluruh dunia.

Sebelumnya, Putri Diana merebut perhatian dunia kala menikah dengan pewaris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles. Pernikahan itu membuat Putri Diana mulai dikenal di seantero dunia. Suatu ketenaran yang membuat laku hidupnya kerap mengundang gosip dan pemberitaan.

Diana Frances Spencer tak pernah menyangka dirinya akan dipinang oleh anggota kerajaan Inggris. Mulanya Diana dikenal sebagai wanita pekerja keras. Ia memang terlahir sebagai anak dari bangsawan. Namun, kondisi itu tak membuatnya terlena dengan kekayaan.

Wanita kelahiran Sandringham, 1 Juli 1961 itu tak pernah memilih-milih pekerjaan. Ia pernah berprofesi sebagai pelayan kebersihan, babysitter, dan guru taman kanak-kanak. Semuanya berubah kala ia berjumpa dengan Pangeran Charles.

Keduanya jatuh cinta dan segera membawa hubungan itu ke jenjang lebih serius: pernikahan. Pucuk dicinta ulam tiba. Keduanya resmi menikah di Katedral Santo Paulus, Inggris pada 29 Juli 1981. Pernikahan mewah itu disaksikan oleh 770 juta orang di seluruh dunia.

Prosesi pemakaman Putri Diana pada 6 September 1997. (Wikimedia Commons)

Putri Diana akhirnya resmi jadi keluarga Kerajaan Inggris. Fakta itu membuat segala macam laku hidup Putri Diana jadi buruan media massa. Barang siapa yang memuat berita terkait Putri Diana, apalagi kontroversinya akan segera jadi santapan khalayak umum.

Kondisi itu membuat popularitas Diana meningkat tajam. Alhasil, apa yang dikenakan oleh Diana, keesokan harinya dapat jadi tren baru di mana-mana. Popularitas itu bahkan mengalahkan ketenaran dari Ratu Inggris sendiri.

Pamornya semakin meningkat kala ikut Pangeran Charles wara-wiri ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Putri Diana pun pandai mengambil hati banyak orang karena aktif dalam kegiatan sosial.

“Putri Diana amat senang mengenakan topi. Cuma bedanya, topi yang dipakai Ratu Elizabeth II itu tak serta-merta digandrungi rakyatnya. Sedangkan topi yang dikenaka Putri Diana, walau misalnya mirip dengan topi Ratu, segera menjadi mode dan digemari rakyat Inggris, bahkan jadi mode dunia.”

“Koleksi topi Diana bervariasi, mulai dari yang cuma seukuran tinju atau yang mirip kupluk kelasi sampai yang selebar tampah. Topi-topi Diana biasanya dirancang oleh John Boyd, Philip Somerbille, Frederick Fox,” ungkap Leila S. Chudori dan kawan-kawan dalam laporan majalah Tempo berjudul Diana Sang Putri (1989).

Masalah muncul. Hubungan pernikahan Diana dan Charles tak lagi berlangsung harmonis. Isu adanya pihak ketiga jadi buah bibir di mana-mana. Keduanya kemudian memutuskan berpisah pada akhir 1992. Akhirnya, mereka resmi bercerai pada Agustus 1996.

Perceraian itu membuat berita terkait Diana jadi santapan media massa. Gerak-gerik Diana bak diawasi. Siapa yang bersama Diana dan kemana perginya kerap jadi berita hangat. Kondisi itu mengganggu Diana secara psikologis.

Puncaknya, kala Diana sedang berliburan di Prancis bersama kekasih barunya, Dodi Fayed. Keduanya selalu dikejar-kejar oleh paparazzi. Mereka mencoba menghindari paparazi dan kecelakaan pun terjadi di Paris. Keduanya meninggal dunia pada 31 Agustus 1997.

Duka mendalam menyelimuti seluruh Inggris dan dunia. Diana pun akhirnya dimakamkan pada 6 September 1997. Prosesi keagamaannya dilakukan di gereja Westminster Abbey. Kemudian, pemakamannya dilakukan di di Althorp, Northamptonshire, Inggris. Prosesi pemakaman itu disaksikan oleh sekitar 2,5 miliar orang di seluruh dunia.

Peti jenazah Putri Diana diarak di sepanjang jalanan London menuju Westminster Abbey, atau Gereja Santo Petrus. (Wikimedia Commons)

“Peti jenazahnya, dibungkus dengan standar Kerajaan Inggris berwarna merah marun dan emas serta dipikul oleh pengawal Welsh, diletakkan di atas catafalque (panggung kecil tempat peti jenazah) di Westminster Abbey, tempat penobatan dan pemakaman para pemimpin Inggris, sementara bagian tengah gereja yang tinggi dan bergaya Gotik bergema dengan suara heraldik upacara gereja yang agung.”

“Di luar, jutaan orang berkumpul di jalan-jalan dan taman mendengarkan upacara dalam keheningan total dan kemudian menghujani mobil jenazah dengan bunga saat melewati jalan-jalan London dan menuju ke tempat pemakaman di rumah leluhur Diana di Northamptonshire,” ujar Warren Hoge dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul Britons Bid a Solemn Farewell to Diana, Princess of Wales (1997).