Bagikan:

JAKARTA - Upaya Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo mengembangkan Kepolisian Indonesia (Polri) tak sebentar. Ia bahkan pernah ditugaskan pada masa Perang Revolusi untuk belajar dan mencari dukungan ke luar negeri.Tugas itu dijalankannya dengan baik.

Ia tak melulu mempelajari seluk beluk kepolisian belaka, tapi juga membuka celah diplomasi. Soekanto sampai bertandang ke Vatikan dan berjumpa Paus Pius XII. Istimewanya lagi Paus Pius XII ikut mendoakan perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Pemerintah Indonesia memberikan mandat kepada Jenderal Soekanto memimpin dan membangun Djawatan Kepolisian Nasional (kini: Polri) pada 1945. Tugas itu dilakukan dengan baik oleh Soekanto sekalipun di tengah keterbatasan – kurang dana, kurang personil di era Perang Revolusi.

Keseriusan Soekanto pun dilirik oleh wakil Presiden, Mohammad Hatta. Bung Hatta memberikan perintah kepada Soekanto untuk berkunjung ke luar negeri pada 11 Juni 1948. Soekanto diminta meninjau bentuk, susunan, dan perlengkapan kepolisian di luar negeri.

Potret pemimpin besar umat Katolik dunia, Paus Pius XII. (Wikimedia Commons)

Soekanto juga dibebankan tugas penting lainnya. Ia diminta mencari senjata dan melakukan misi diplomasi. Ia mencoba mempelajari segala seluk-beluk kepolisian Amerika Serikat (AS). Tugas itu tak hanya dilakukan ke satu distrik kepolisian saja, tapi banyak kepolisian.

Soekanto berkeliling dari Kepolisian Park District Chicago, New York City Police, International Police Academy, hingga markas FBI di Washington. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia merekam dengan baik tiap pengalamannya di AS. Ia mengamati tiap detail penting terkait kepolisian di AS.

Proses itu dilakukan hampir setahun lamanya. Namun, bukan berarti kehidupan Soekanto di AS lancar-lancar saja. Ia harus dihadapkan dengan fakta bahwa Belanda sedang gencar-gencarnya melakukan propaganda. Indonesia dijelek-jelekan ke AS.

Belanda menyebut Indonesia sebagai dalang sebenarnya pembrontakan PKI Madiun, alias rekayasa. Isu tersebut sengaja dilontarkan supaya AS yang alergi komunis tak simpati lagi dengan utusan Indonesia. Namun, Soekanto punya cara sendiri untuk menepis segala propaganda Belanda dan menunjukkan bukti langsung.

Alih-alih Soekanto dibenci, ia justru banyak mendapatkan simpati dari pemerintah AS dan pengusaha setempat. Banyak yang mendukung perjuangan Indonesia mempertahakan kemerdekaan di Perang Revolusi.

“Dalam usaha mencari hubungan dengan berbagai pihak, baik dengan pejabat pemerintah maupun para pengusaha, dengan tidak sengaja saya memperoleh keterangan-keterangan/informasi politik, yang mana agak menyulitkan posisi saya terhadap pegawai Indonesia yang berada di sini. Akan tetapi hal ini sangat menguntungkan karena hal ini bisa terjadi karena saya adalah utusan langsung Wakil Presiden Mohammad Hatta.”

“Meskipun demikian saya tetap berpegang teguh pada tugas kedinasan. Dalam kesempatan lain, keduanya melakukan kunjungan ke Badan Kepolisian setempat, antara lain: FBI, Country Police, dan City Police,” ungkap Soekanto sebagaimana ditulis Achmad Turan dan kawan-kawan dalam buku Jenderal R.S. Soekanto: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Pertama 1945-1959 (2000).

Doa Paus Pius XII untuk Indonesia

Upaya mencari dukungan terus dilakukan Soekanto. Kapolri pertama itu sampai berkunjung ke Italia, kemudian Vatikan. Tujuannya jelas untuk mencari dukungan atas perjuangan Indonesia. Ia berjumpa dengan banyak orang dan membuat Indonesia mulai dikenal dunia.

Istimewanya perjalanan diplomasi itu justru mempertemukan Soekanto dengan pemimpin besar umat Katolik yang kala itu dijabat, Paus Pius XII. Paus Puis XII yang diketahui cukup sibuk dengan agenda membimbing umat Katolik, justru menyempatkan berjumpa Soekanto di kediaman resminya.

Penerimaan itu jadi awal terbukanya hubungan baik antara Indonesia dan Vatikan. Soekanto pun diterima dengan baik. Ia menyatakan maksud kedatangannya dan menceritakan perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan dan sedang mempertahankan kemerdekaan.

Paus Pius XII yang kerap menjalankan misi menjaga perdamaian dunia justru bersimpati dengan perjuangan Indonesia. Pemimpin besar umat Katolitik itu bahkan ikut mendoakan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Doa itu membuat Soekanto kegirangan.

Kapolri pertama, Jenderal Soekanto memeriksa kelengkapan senjata anggotanya. (IPPHOS)

Perjumpaan itu nyatanya memiliki pengaruh besar. Kedatangan Soekanto ke Italia akhirnya diketahui banyak perwakilan negara lainnya karena foto Soekanto bertandang ke kediaman Paus Pius XII hadir di beberapa media massa Eropa. Akhirnya, banyak negara mulai membangun komunikasi dengan Soekanto.

“Dengan sisa waktu, Soekanto mengunjungi Paus Pius XII di Roma. Soekanto memakai pakaian Teluk Belana dari kain songket dengan menyandang keris pusaka keluarga. Soekanto diterima dengan ramah. Kardinal yang menerima Soekanto bergabung dengan sikap berlutut di atas babut warna merah. Kemudian, Paus berdoa untuk keselamatan Indonesia, Soekanto bergumam Indonesia menang. Selepas pertemuan di Istana Paus Pius XII, Soekanto sempat difoto di pintu gerbang dengan pengawal Paus dari Swiss.”

“Foto tersebut dimuat di majalah Observator Romano di London dan sampai di Indonesia. Setelah Soekanto muncul di majalah tersebut beberapa negara mengetahui bahwa ia sedang berada di Roma dan sedikit mengetahui usahanya minta bantuan kepada Amerika. Hal itu telah mengakibatkan beberapa negara datang ke Roma, mereka berusaha bertemu Soekanto guna memperoleh informasi yang sebenarnya tentang bantuan Amerika kepada Indonesia,” ungkap Awaloedin Djamin dan G. Ambar Wulan dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo (2016).