Bagikan:

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan sekadar kunjungan resmi seorang pemimpin agama. Lebih dari itu, momen ini membawa pesan penting tentang toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Paus menegaskan pengakuannya atas keragaman Indonesia dan komitmennya untuk menjaga perdamaian global.

Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia menyambut Paus dengan hangat dan penuh hormat. Pemerintah bahkan merilis perangko khusus sebagai penghormatan atas kunjungan ini. Sambutan ini memperkuat prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa di Indonesia. Dari Masjid Istiqlal hingga Gereja Katedral, simbol persatuan lintas agama terlihat jelas.

Saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus tidak hanya hadir sebagai tamu, tetapi juga menandatangani dokumen kemanusiaan yang menekankan pesan perdamaian dan persatuan. Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA., menyambut langkah ini sebagai penguatan persaudaraan lintas agama. Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral menjadi simbol fisik harmoni dalam keragaman Indonesia.

Dalam Misa Agung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, yang dihadiri 86.000 umat, Paus menyampaikan pesan kuat kepada umat Katolik Indonesia. Ia mengingatkan pentingnya membangun peradaban perdamaian dan mengajak umat untuk terus bermimpi serta bekerja demi kedamaian.

Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya menjaga toleransi beragama, dengan saling menghormati keyakinan yang berbeda. Pesan ini sangat relevan di dunia saat ini, di mana konflik berbasis agama masih sering terjadi.

Kunjungan Paus Fransiskus juga melanjutkan sejarah hubungan baik antara Vatikan dan Indonesia. Sebelumnya, Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia pada 1970, diikuti oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Restu juga pernah diberikan oleh Paus Pius XII kepada Kapolri pertama Indonesia, Jenderal Soekanto, saat ia memohon doa bagi kemerdekaan Indonesia.

Namun, Paus Fransiskus membawa perspektif baru. Ia menekankan bahwa dialog adalah kunci untuk mengatasi ketegangan antarumat beragama. Kunjungan ini menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang berhasil menjaga harmoni dalam keragaman di dunia internasional.

Paus juga menekankan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat menjadi jembatan antaragama. Bagi Paus, penginjilan bukan soal memaksakan iman, tetapi menyebarkan kasih sayang dan persaudaraan, pesan yang relevan bagi semua agama.

Sikap sederhana Paus selama kunjungan ini menjadi inspirasi bagi para pemimpin. Kerendahan hatinya dan dedikasinya untuk melayani sesama menjadi teladan yang patut diikuti.

Di tengah perbedaan, kunjungan ini membawa harapan baru bagi perdamaian. Saat banyak negara masih dilanda konflik agama, Indonesia membuktikan bahwa perbedaan adalah kekuatan. Terowongan Silaturahmi yang dikunjungi Paus menjadi simbol global hidup bersama dalam damai.

Pesan utama dari kunjungan ini adalah pentingnya menjaga dan mengembangkan dialog lintas agama. Kunjungan Paus menjadi momen penting bagi Indonesia untuk memperkuat toleransi beragama yang sudah terbangun.

Kita patut bangga bahwa Paus mengakui "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai landasan keberagaman bangsa. Di tengah konflik agama yang masih marak di dunia, Indonesia memberi contoh bahwa perbedaan adalah anugerah yang harus dirayakan. Kini, tugas kita adalah meneruskan pesan toleransi ini kepada generasi mendatang.

Paus Fransiskus juga menyinggung kekayaan alam Indonesia saat berpidato di Masjid Istiqlal. Menurutnya, kekayaan terbesar Indonesia bukan hanya pada sumber daya alam, tetapi juga pada kerukunan yang lahir dari perbedaan. "Indonesia adalah mosaik budaya dan keberagaman yang mencerminkan keindahan ekosistem serta lingkungan sekitarnya," ungkap Paus. Pesannya jelas: menjaga kerukunan jauh lebih bernilai daripada mengeksploitasi kekayaan alam.