BOGOR - Bakal Calon Wali Kota Bogor Dedie A menilai kedatangan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus membawa pesan bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
"Kehadiran Paus Fransiskus membawa pesan harapan yang besar bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh elemen bangsa untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, kedamaian, dan toleransi,” ujar Dedie dalam keterangan Kamis, 5 September.
Sejalan dengan hal tersebut, Dedie mengajak segenap bangsa Indonesia untuk menjadikan kedatangan Paus Fransiskus sebagai momentum mempererat kerukunan dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu hidup damai.
"Mari, kita jadikan momen kedatangan Paus Fransiskus untuk memperkuat komitmen dalam menjaga kerukunan antar-umat beragama, serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu hidup damai di tengah perbedaan," kata dia.
Pada masa pemerintahan Bima Arya dan Dedie A Rachim, Kota Bogor masuk sebagai kategori dengan Kepemimpinan Toleransi Terbaik di tahun 2023.
Penghargaan tersebut diberikan Setara karena Kota Bogor telah berhasil menemukan solusi berkaitan dengan pelanggaran Kebebasan Beragama Berkeyakinan (KBB) terhadap Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin.
Isu konflik pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pengadilan pos Bogor Barat yang sebelumnya dikenal GKI Yasmin, selama 15 tahun mencuat, hingga menjadi perbincangan hangat masyarakat, termasuk di luar negeri.
Hingga akhirnya, konflik berakhir dengan peranan Pemerintah Kota Bogor di bawah kepemimpinan Bima Arya dan Dedie Abdul Rachim sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor dua tahun silam, sukses mendapatkan titik temu untuk mewujudkan toleransi beragama.
BACA JUGA:
"Kerja nyata Bima-Dedie terbukti mampu meningkatkan toleransi. Berbagai program pemerintah kota untuk mendorong toleransi melalui program budaya, penciptaan ruang bersama dan perhatian khusus kepada minoritas menjadi kunci meningkatnya Indeks Kota Toleran," kata Dedie.
Kota Bogor ke depan memiliki masyarakat untuk mau membuka diri, memiliki kebesaran hati untuk duduk bersama di atas perbedaan, menjadi "beban" dari periode pemerintahan sebelumnya dan tidak selesai.