Bagikan:

JAKARTA – Kunjungan apostolik Paus Fransiskus mestinya menjadi pembelajaran bagi masyarakat Indonesia secara umum, dan para pejabat secara khusus. Apa yang ditunjukkan pemimpin tertinggi umat Katolik ini berbeda jauh dengan apa yang ditampilkan kebanyakan pejabat di Indonesia.

Indonesia menjadi negara pertama yang disinggahi Paus Fransiskus dalam kunjungan apostoliknya ke Asia Pasifik selama 11 hari dari 3 sampai 13 September. Bapa Suci mendarat di Indonesia pada 3 September, kemudian meninggalkan Tanah Air tiga hari kemudian untuk melanjutkan perjalanan ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

Kunjungan Paus ke Indonesia membawa pesan perdamaian dan persahabatan lintas agama. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, menjelaskan alasan Indonesia dipilih Paus Fransiskus sebagai negara pertama dalam kunjungan apostolik ke-45.

Suharyo menuturkan, Paus menganggap Indonesia sebagai negara yang memiliki keistimewaan dibandingkan negara lainnya. Keistimewaan itu adalah kemajemukan Indonesia, beragam suku, agama, ras, dan antar golongan dengan konsep pemersatunya Bhinneka Tunggal Ika.

Kontras dengan Pejabat Indonesia

Pemandangan menyejukkan diperlihatkan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar dan Paus Fransiskus saat melakukan foto bersama usai acara Interreligious Meeting atau pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Saat itu Imam Besar Nasaruddin mencium kening Bapa Paus, yang direspons dengan mencium tangan sang Imam Besar.

Namun itu bukan satu-satunya momen yang menjadi perhatian masyarakat. Paus Fransiskus juga memberikan contoh positif kesederhanaan yang ditunjukkan melalui kehidupan, bukan sekadar khotbah semata. Alih-alih naik jet pribadi, Bapa Suci menggunakan pesawat komersil ITA Airways dari Vatikan ke Jakarta.

Pemimpin umat Katolik dunia yang juga Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada umat Katolik saat melakukan perjalanan menuju Papua Nugini, Jumat (6/4/2024). (ANTARA/Azmi Samsul Maarif/am)

Kesederhanaannya bertambah jelas selama dalam perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Kedutaan Vatikan, dan aktivitas lainnya di Jakarta. Paus Fransiskus memilih menaiki mobil yang digunakan masyarakat umum, Kijang Innova Zenix Hybrid dan terlihat nyaman duduk di samping pengemudi. Ia bahkan memilih menginap di Kedutaan Vatikan di Jakarta ketimbang hotel mewah. Selain itu, jam tangan Paus juga menjadi sorotan. Ia terlihat memakai jam tangan analog hitam yang harganya ditaksir hanya ratusan ribu rupiah.

Keederhanaan Paus Fransiskus ini dinilai berbanding terbalik dengan sejumlah pejabat maupun keluarga pejabat di Indonesia. Belum lama ini, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, dan istrinya, Erina Gudono, menuai kritik karena memamerkan gaya hidup mewah ketika menyambangi Amerika Serikat.

Penggunaan jet pribadi dengan harga sewa miliaran rupiah, makan roti seharga Rp400.000, dan membeli stroller atau kereta bayi yang ditaksir harganya puluhan juta dipamerkan Erina melalui Instagram story-nya.

Misa Agung di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang dipimpin Paus Fransiskus (Indonesia Papal Visit Committee)

Yang lebih miris, hal itu diunggah Erina ketika situasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kelompok kelas menengah yang angkanya terus menurun, tingginya pemutusan hubungan kerja (PHK), harga bahan pokok yang terus melambung sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Selain itu, momen perjalanan Erina dan Kaesang ke Negeri Paman Sam dengan jet pribadi juga terjadi saat hampir semua elemen masyarakat berdemonstrasi di berbagai daerah menolak rencana DPR mengesahkan revisi UU Pilkada.

Memang, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono bukan satu-satunya pejabat atau keluarga pejabat yang hidupnya hedon, jauh dari kata sederhana meski kata ini cukup sering diagungkan ayahnya, Jokowi. Kalau mau dijabarkan, ada banyak pejabat lainnya yang hidup bergemilang harta di tengah sulitnya kehidupan rakyat di bawahnya.

Tak Hanya Diumbar Lewat Kata

Pengamat hukum dan politik Pieter C Zulkifli menilai Paus Fransiskus memberikan contoh positif tentang hidup dalam kesederhanaan. Kunjungan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik ke Indonesia menurut Pieter membawa pesan moral bagi bangsa Tanah Air.

Menurut Pieter Zulkifli mengatakan kesederhanaan Sri Paus kontras dengan gaya hidup hedonis serta perilaku korupsi yang sering ditermukan di kalangan pejabat Indonesia. Ia pun mengajal elite politik dan pejabat publik merenungkan kembali nilai-nilai yang dipegang Paus Fransiskus dalam menjalankan tugas.

"Kunjungan diplomatik dan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia sarat dengan pesan moral dan seruan persaudaraan, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh umat beragama satu pesan moral yang kuat yakni kesederhanaan yang dicontohkan oleh Paus,” kata Pieter Zulkifli dalam keterangannya.

Ia melanjutkan, tidak ada yang kebetulan di dunia. Pun dengan kedatangan pemimpin Gereja Katolik ke Indonesia. Menurut Pieter Zulkifli, Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu tidak hanya datang dengan kesederhanaan yang luar biasa, tapi juga memberikan pesan moral yang kuat di tengah maraknya gaya hidup hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya di Indonesia.

“Paus Fransiskus, meskipun bisa saja memilih fasilitas mewah seperti pesawat jet pribadi, kamar suite termewah, atau limusin anti peluru, justru memilih untuk melakukan perjalanan dengan pesawat komersial, menginap di Kedutaan Vatikan, dan menggunakan mobil sederhana, Kijang Zenith, tanpa kaca anti peluru,” ungkapnya.

Menurut Pieter Zulkifli, sebuah khutbah kesederhanaan tidak hanya diumbar lewat kata-kata, melainkan melalui tindakan nyata menyentuh kalbu banyak orang, seperti apa yang dilakukan Paus Fransiskus.

"Kesederhanaan Paus ini bukan sekadar simbol, tetapi sebuah pesan yang kuat: kepemimpinan sejati tidak diukur dari harta atau kekayaan, melainkan dari ketulusan, pelayanan, dan pengabdian kepada orang lain,” kata Pieter Zulkifli.

“Paus menunjukkan bahwa kekuasaan tidak harus datang dengan kemewahan, tetapi seharusnya disertai dengan kerendahan hati dan kesederhanaan," tutur Pieter mengimbuhkan.

Kaesang Pangarep dan Erina Gudono sempat mendapat hujatan warganet karena memamerkan hidup mewah di tengah kesulitan masyarakat Indonesia. (Instagram/@erinagudono)

Kesederhanaan Paus Fransiskus berbanding terbalik dengan gaya hidup sebagian besar pejabat di Tanah Air. Mobil mewah, rumah megah, dan barang-barang bermerek sering kali menjadi penanda status sosial para pejabat di Indonesia.

Semoga, kesederhanaan Paus Fransiskus dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia bisa menjadi teladan bagi semua. Entah itu masyarakat Indonesia, maupun para pejabat secara khusus.