Kisah Putri Keraton Mooryati Soedibyo Rintis Mustika Ratu
Morryati Soedibyo, pendiri perusahaan kosmetik tradisional Mustika Ratu. (Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Hobi dapat menjelma jadi sesuatu yang menghasilkan pundi-pundi pendapatan. Itulah yang diamini oleh Mooryati Soedibyo. Wanita berdarah keraton itu memiliki hobi meramu jamu dan kosmetika tradisional. Siapa sangka jamu dan kosmetika buatannya digemari banyak orang.

Ia lalu menyulap bagasi rumahnya jadi pabrik dadakan. Produk kecantikan buatannya laku di pasaran lewat penjualan orang ke orang. Salon ke salon. Bisnis rumahan itu lalu berjaya di tingkat nasional. Orang-orang kini mengenalnya dengan jenama Mustika Ratu.  

Mooryati tak menampik keistimewaan hidup di lingkungan Keraton Surakarta. Namun, kehidupan di keraton tak melulu urusan kemewahan belaka. Cucu Susuhan Pakubuwono X itu menyebut kehidupan ala keraton membuatnya banyak diajarkan terkait pelajaran hidup.

Keterampilannya pun bejibun. Wanita yang akrab disapa Tatiek itu dari usia tiga tahun mulai menekuni seni tarian, membatik, meramu jamu, hingga membuat kosmetika. Bekal itu jadi hal yang paling berharga di masa yang akan datang. Apalagi ketika Ia menikah dengan Soedibyo Poerbo Hadiningrat.

Pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo sudah piawai meramu jamu sejak remaja karena tinggal di lingkungan Keraton Surakarta. (Antara)

Kala itu, wanita kelahiran Surakarta, 5 Januari 1928 hanya memamerkan kebolehannya dalam membuat jamu kepada sanak famili dan teman-temannya di Jakarta. Barang siapa yang sedang sakit, Tatiek akan mengirimkan jamunya. Perlahan-lahan banyak yang menolak diberi cuma-cuma. 

Banyak di antara mereka meminta Tatiek untuk rutin memasarkan produknya. Saran itu dipikirkan matang-matang.  Tatiek mulai berpikir untuk berbisnis dalam bidang kecantikan: jamu dan kosmetika. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia mulai menjual jamu beras kencur kepada teman-temannya pada 1973.

Modalnya kala itu hanya Rp25 ribu. Ia mengerjakan pesanan itu di garasi rumah yang disulap bak pabrik dadakan. Usaha yang berbasis di rumahnya jalan Sawo 31, Jakarta dinamakan Tat's Beauty Secret.  Citra Tatiek sebagai wanita asli Keraton Solo pun mengundang pedagang jamu dan kosmetik lain bergabung.

Martha Tilaar, namanya. Martha membutuhkan citra Tatiek sebagai wanita asal keraton untuk mengembangkan usahanya. Sebaliknya, Tatiek butuh Martha untuk menjual produk buatannya. Kongsi itu melahirkan Mustika Ratu pada 1975. Ragam jamu untuk kewanitaan diproduksi. Produknya banyak digemari dan bertengger di toko hingga salon.

Presiden Joko Widodo mengunjungi Mooryati Soedibyo dalam silaturahmi Idulfitri 1443 H di kediamannya, Jl. Ki Mangunsarkoro 69, Menteng, Jakarta Pusat pada 9 Mei 2022. (Dok. Mustika Ratu)

Masalah muncul. Keduanya pun berkonflik. Konflik itu membuat Tatiek dan Martha berjalan sendiri-sendiri pada 1977. Tatiek membesarkan Mustika Ratu. Sedang Martha membesarkan Sari Ayu Martha Tilaar dari nol.

“Alasan saya, Mooryati adalah sahabat saya. Selain cantik, dia juga seorang puteri keraton. Itu saya anggap cocok untuk marketing. Biarlah saya yang bekerja di dapur. Selain Ibu Mooryati, ada tokoh keraton yang mengetahui resep-resep jamu, yaitu Ibu Laksminto Rukmi. Beliau abdi dalem terakhir Pakubuwono XII.”

“Demikianlah, sejak itu kami menjalin kerja sama Hasilnya ternyata luar biasa. Setelah kerja sama ini, permintaan yang datang bahkan jauh di atas kemampuan untuk memasok karena usaha ini masih bersifat home industry. Menjual kosmetik adalah menjual impian dan harapan. Konsep marketing yang tepat diterapkan tahun 1970-- di mana wanita Indonesia masih mencari suatu identitas, yakni menjadi secantik putri keraton- menyebakan Produk Mustika Ratu sangat booming,” ungkap Martha Tilaar dalam buku Kecantikan Perempuan Timur (1999).

Mustika Ratu Kian Tenar

Perusahaan yang pecah kongsi biasanya sulit untuk menemukan ritmenya kembali. Namun, hal itu tak berlaku dengan Mustika Ratu. Pecah Kongsi justru jadi muara Tatiek dapat melebarkan sayapnya dalam dunia bisnis kecantikan Indonesia.

Perlahan-lahan ia mulai dikenal sebagai ‘Ratu’ bisnis kecantikan Indonesia. Narasi itu karena permintaan akan produknya terus meningkat. Gebrakan besar diambil Tatiek. Ia mendirikan Pusat Kecantikan dan Pusat Pendidikan Tradisional Mustika Ratu.

Ia memiliki 40 orang pegawai. Pusat kecantikan itu lalu mendidik sekitar 3 ribu siswa ahli kecantikan yang kini sudah menyebar di seluruh Indonesia. Langkah Tatiek yang paling besar adalah keberaniannya membangun pabrik Mustika Ratu di Ciracas pada 1979.

Keluarga dan kerabat berdoa saat melayat almarhumah pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo di rumah duka Jalan Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta, Rabu (24/4/2024). (Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso)

Kehadiran pabrik itu mampu menunjang permintaan besar akan produknya. Suatu pabrik yang mampu memproduksi 80 macam jamu dan 70 macam kosmetik tradisional dalam jumlah yang besar. Citra Tatiek sebagai ratu bisnis kecantikan Indonesia kian sulit dibendung.

“Pada 1979 ia melangkah sebagai industrialis pabrik "Mustika Ratu' dibangun di Ciracas, antara Jakarta-Bogor. Di areal seluas satu hektar dengan bangunan 7.000 m2, lengkap dengan lab modern, pabrik itu pada 1983 mempekerjakan 200 karyawan.”

“Dari pabrik itu muncul 80 macam jamu dan 70 macam kosmetika tradisional. Barang itu dipasarkan melalui 1.500 salon kecantikan yang tersebar di seluruh Indonesia. "Juga melebar ke Malaysia, Singapura dan Bangkok,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Keberhasilannya sebagai Pengusaha (1983).

Mooryati Soedibyo meninggal dunia dalam usia 96 tahun di Jakarta pada 24 April 2024. Jenazahnya dimakamkan di Tapos, Bogor.