Florentino Perez dan Ide Gila European Super League
Florentino Perez, Presiden Real Madrid era 1997-2020 dan 2021 hingga sekarang. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Florentino Perez bukan orang baru dalam jagat sepak bola dunia. Kiprahnya sebagai orang penting di balik klub Real Madrid mengundang pujian. Ia adalah otak di balik proyek mendatangkan mega bintang, Los Galacticos. Suatu upaya yang membuat klub asal Spanyol itu tsunami trofi.

Mimpi baru coba digoreskan Perez. Ia ingin menggabungkan klub terbaik seluruh Eropa dalam satu kompetisi. European Super League (ESL), namanya. Rencana itu membawa kehebohan. Sekalipun ditolak sana-sini.

Kecintaan akan sepak bola bukan satu-satunya formula mujarab meramu klub terbaik dunia. Semua itu karena upaya membangun tim terbaik dunia tak pernah mudah. Florentino Perez pernah merasakannya kala menjadi Presiden Real Madrid sedari 1997.

Ia harus berjuang menjaga nama besar Real Madrid. Ia pun mulai mengadopsi berbagai macam keterampilan dalam memimpin. Dari gaya memimpin, lobi, dan bisnis. Laku hidup itu mampu menjaga asa Real Madrid merajai Eropa.

Perez mampu menghebohkan seisi dunia dengan ajiannya mendatangkan bintang sepak bola kesohor ke Real Madrid. Proyek itu langgeng dikenal sebagai Proyek Los Galacticos jilid I dan II. Hasilnya gemilang. Perez mampu membawa Real Madrid dengan mega bintangnya, Cristiano Ronaldo tiga kali juara berturut-turut dalam Liga Champion (2015–2016, 2016–2017, 2017–2018).

Logo European Super League. (Istimewa)

Sederet prestasi yang dimiliki Real Madrid tak membuatnya berpuas diri. Nyatanya Perez memiliki mimpi besar. Alih-alih hanya memikirkan nasib Real Madrid saja, Perez justru mencoba memikirkan hajat hidup sepak bola dunia di masa yang akan datang.

Perez menganggap sepak bola dunia takkan berkembang jika formula yang sama dimainkan terus-terusan. Sepak bola modern butuh inovasi baru sekaligus berani. Siasat pun dimainkan. Rencana pembuatan Liga Super digulirkan. ESL, namanya.

Suatu kompetisi yang hanya dihuni klub-klub elit dari lima liga Eropa ternama, yaitu Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, dan Jerman. Mereka nantinya direncanakan akan melepaskan diri dari liga domestik. Klub-klub itu nantinya akan berkompetisi berebut posisi sebagai nomor satu Eropa yang akan dimulai pada 2020-an.

“Ribuan pertandingan level domestik dianggap sudah kurang berharga. Baik itu dari sudut pandang sponsor, penyiar, hingga, penggemar. Perez pun coba merumuskan urusan pendanaan dengan klub besar Eropa lainnya. Narasi itu membuat Perez semangat membuat sketsa kerangka kalender sepak bola global baru yang akan mulai berlaku setelah tahun 2024.”

“Inti dari rencana Perez adalah keinginan lamanya agar tim-tim terbesar Eropa, seperti Real Madrid, melepaskan diri dari liga domestik mereka dan membentuk kompetisi elit Eropa yang akan dimainkan sepanjang musim,” terang Tariq Panja dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Real Madrid’s President Plots a Way for Richest Clubs to Get Richer (2019).

Melawan Kritikan

Perez mencoba membawa ide itu kepada klub-klub elite Eropa lainnya. Pun ia juga ikut membicarakan ide yang disebutnya dapat menyelamatkan dunia sepak bola kepada Organisasi Sepak Bola Dunia, FIFA dan Organsasi Sepak Bola Eropa (UEFA).

Ide yang dibawa Perez mendapatkan tanggapan positif dari klub elite Eropa. Namun, narasi berbeda dilanggengkan UEFA. Skema liga super dianggap proyek egois. Semuanya karena ide gila Perez diramalkan akan membawa banyak mudarat, ketimbang manfaat. FIFA sendiri justru tak terlalu tertarik dengan rencana Perez.

Penolakan FIFA dan UEFA dianggap angin saja oleh Perez. Rencana kompetisi ESL pun coba diperkenalkan secara resmi ke publik pada 2021. Rencana itu kemudian mendapatkan pro dan kontra. Mereka yang sutuju menganggap persaingan kompetitif akan dihadiri ESL.

Mereka yang kontra menganggap ESL bakal jadi muara rusaknya iklim sepak bola dunia. Sebab, liga domestik akan kehilangan arah dan gairah. UEFA ambil sikap. Mereka mencoba mengancam dan mengenakan sanksi kepada klub yang ingin ikut ESL.

Spanduk protes dari kelompok-kelompok suporter sepak bola di Inggris menentang European Super League yang dinilai bentuk keserakahan untuk mengeruk keuntungan. (Sky Sports)

Barang siapa yang ikut diancam akan dicoret dari kompetisi Eropa. Pemain-pemainnya pun diancam takkan bisa mengikuti kompetisi Eropa hingga Piala Dunia. Satu demi satu pun klub yang mulanya tertarik, kemudian menolak.

Sisanya hanya tiga klub yang bertahan: Real Madrid, Barcelona, dan Juventus. Perez pun tak mau mundur. Ancaman itu kemudian dibawanya ke Pengadilan Uni Eropa. Opsi itu membawa Perez dan rencana besar ESL di atas angin pada akhir 2023.

Semuanya karena Pengadilan Uni Eropa membolehkan ESL bergulir. Pun tim-tim Eropa yang ikut di dalamnya terjamin dari sanksi yang nantinya akan diberikan oleh FIFA maupun UEFA. Langkah itu membuat ide yang dianggap gila selangkah langkah menjadi kenyataan. Sekalipun penolakan masih digulirkan.

“Sejak awal Liga Super dipromosikan dengan tujuan memperbaiki situasi sepak bola Eropa. Upaya melalui dialog dengan UEFA sudah dilakukan. Tujuan untuk meningkatkan minat terhadap olahraga ini dan menawarkan pertunjukan terbaik kepada para penggemar.”

“Daripada mencari cara untuk memodernisasi sepak bola melalui dialog terbuka, UEFA justru mengharapkan kita untuk menarik proses pengadilan yang sedang berlangsung yang mempertanyakan monopoli mereka atas sepak bola Eropa. Barcelona, ​​​​Juventus , dan Real Madrid, semuanya berusia lebih dari satu abad, tidak akan menerima segala bentuk paksaan atau tekanan yang tidak dapat ditoleransi,” tertulis dalam pernyataan resmi tiga klub (Real Madrid, Barcelona, dan Juventus) sebagaimana dikutip laman The Guardian berjudul Super League Rebel Trio Hit Back After UEFA Launch Disciplinary Proceedings (2021).