Bagikan:

JAKARTA - Rekam jejak Anies Baswedan sebagai cendekiawan telah teruji. Laku hidupnya sebagai rektor Universitas Paramadina era 2007-2015 jadi jawabnya. Ia memiliki mimpi memajukan pendidikan Indonesia dengan ragam gebrakan. Dari Beasiswa Paramadina hingga Gerakan Indonesia Mengajar (GIM).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) kepincut dengannya. KPU menyakini Anies sebagai figur objektif dalam peta politik Indonesia. Anies pun dipilih KPU dari kalangan cendekiawan jadi moderator debat Capres 2009.

Anies Baswedan dan dunia pendidikan adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan. Pendidikan dianggapnya sebagai alat perubahan yang mumpuni. Narasi itu coba diwujudkan Anies kala ia menjadi Rektor Universitas Paramadina.

Ia lihai menangkap segala macam problema yang terjadi dalam dunia pendidikan. Ia meyakini banyak anak bangsa mampu jadi orang besar. Namun, tak semua di antara mereka memiliki akses ke pendidikan. Kendala biaya biasa jadi masalahnya.

Anies tak diam saja. Fenomena itu coba ditanganinya dengan melanggengkan beasiswa untuk mereka yang berada dipelosok negeri supaya dapat berkuliah di Universitas Paramadina. Inisiasi itu kemudian dikenal luas sebagai Paramadina Fellowship (Beasiswa Paramadina).

Anies Baswedan saat menjadi moderator debat Capres 2009. (Tangkapan Layar)

Suatu beasiswa yang membantu anak muda untuk fokus berkuliah tanpa memikirkan banyak hal meliputi biaya, buku, hingga tempat tinggal. Semuanya gratis. Narasi kepedulian Anies dalam pendidikan berlanjut. Ia mencoba menghadirkan inisiasi supaya pendidikan tersebar merata di Indonesia.

GIM pun digelorakan. Fokusnya adalah mengajak seluruh pemuda yang baru lulus untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan. Pengabdian itu dilakukan dengan cara merekrut, melatih, dan mengirim mereka ke pelosok negeri selama satu tahun.

Langkah itu membuat nama Anies Baswedan kesohor. Pun anak-anak muda mulai banyak yang tertarik untuk melakukan sesuatu untuk pendidikan Indonesia. Anak muda dapat merasakan pengalaman berharga mengajar di pelosok negeri, sedang Anies Baswedan kian kesohor sebagai cendekiawan.

“Meski menggunakan nama mengajar, bagi Anies GIM lebih dari sekadar mengajar. Dari segi idealisme, GIM memiliki dua tujuan: mengisi kekurangan guru berkualitas di sekolah dasar, khususnya di daerah terpencil; dan menyiapkan lulusan perguruan tinggi untuk jadi pemimpin masa depan yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kedekatan dengan rakyat kecil di pelosok negeri.”

“Namun dari segi praktis, GIM adalah upaya untuk merajut tenun kebangsaan. Bukan dengan teori, melainkan dengan praktik nyata. Namun, apa kriteria peserta GIM ini? Sebagaimana ia menjalankan program beasiswa di Paramadina, di GIM ini ia menjalankan rumus yang sama: admit the best,” ungkap Muhammad Husnil dalam buku Melunasi Janji Kemerdekaan (2014).

Moderator Debat Capres 2009

Nama Anies Baswedan kian melejit kala Indonesia mulai memasuki kontestasi politik Pilpres 2009. KPU ingin melanggengkan acara yang menambah 'aroma' demokrasi di Indonesia. Debat Capres dan Cawapres pun didengungkan. Mereka mulai memilih siapa moderator yang tepat. Nama Anies pun muncul.

Kehadiran Anies dalam daftar moderator bukan kebetulan. KPU kepincut dengan rekam jejaknya. Nyatanya, tim pemenangan Capres-Cawapres juga melanggengkan hal yang sama. Moderator debat capres diharuskan muncul dari kalangan profesional.

KPU berharap calon moderator dapat mengeluarkan kemampuan intektualnya dalam debat. Sebab, perdebatan bukan diarahkan cuma untuk satu isu saja, tetapi beragam isu. Dari politik, pemerintahan, dan ekonomi.

Anies pun terpilih sebagai moderator debat Capres pertama dengan tema Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum dan HAM yang berlangsung pada 18 Juni 2009 di Jakarta. Anies kemudian memandu Capres beradu rekam jejak, karya, dan gagasan.

Calon Presiden 2009-2014 (dari kiri) Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla mengikuti Debat Capres putaran II di Jakarta, Kamis malam (25/6/2009). Debat kali ini mengambil tema "Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran". (Antara/Widodo S. Jusuf/hp/09)

Ia mampu melanggengkan tugasnya dengan baik. Anies kala itu mampu menengahi perdebatan antara Capres, antara lain Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Sekalipun kritikan juga muncul kepada format acara debat ke KPU, bukan ke Anies.

 “Di 2009 waktu itu debat pertama KPU, karena sebelumnya belum ada debat di KPU. Saya mendapatkan tugas jadi moderator waktu itu. Sebenarnya dalam perdebatan dan diskusi itu tidak ada persiapan khusus bagi para calon karena kenapa? karena persiapannya adalah rekam jejaknya, rekam karya, rekam gagasan. Pada saat ada kesempatan yang disebut sebagai debat. Bukan artian dalam debat kusir, tapi adalah tempat menyampaikan gagasan.”

“Jadi, saya pernah terlibat sebagai penanya, memoderatori itu membayangkan betul bahwa sesungguhnya pertanyaan itu dijawabnya dengan rekam pengalaman, rekam jejak jadi kalau tidak ada pengalaman, tidak ada rekam jejak pasti akan jadi tantangan tersendiri,” terang Anies Baswedan sebagaimana dikutip laman Kompas, 30 November 2023.