Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 31 tahun yang lalu, 21 Oktober 1992, Penyanyi pop dunia, Madonna meluncurkan bukunya yang kontroversial, Sex. Buku itu dihadirkannya bak ekspresi pembebasan dari kekakuan, khususnya aktivitas seksual. Madonna dalam buku itu tampil berani.

Ia menuangkan pikiran dan menempatkan banyak fotonya tanpa busana. Pro-kontra pun didapat. Sebelumnya, Madonna pernah hidup susah. Ia memulai karier menyanyinya dari bawah. Pun segala cara digunakan. Dari sensasi hingga kontroversi.

Hidup kadang kala tak mulus-mulus amat. Begitulah gambaran hidup seorang wanita bernama lengkap Madonna Louis Veronica Ciccone. Wanita kelahiran Bay City, Michigan, Amerika Serikat, 16 Agustus 1958 itu dipaksa merasakan kerasnya hidup sedari kecil.

Ia yang masih anak-anak harus rela kehilangan ibunya yang meninggal karena kanker payudara. Praktis segala macam urusan rumah tangga ia kerjakan. Pun ia jadi pengasuh dari adik-adiknya. Sedang ayahnya sibuk dengan urusannya sendiri.

Kehidupan yang tak mudah itu jadi pelajaran berharga buat Madonna. Ia tumbuh kuat dan mandiri. Sekalipun ia harus mengorbankan kehidupan masa remajanya. Kala remaja lain hidup bersenang-senang, Madonna justru bertarung dengan kerasnya kehidupan.

Sampul depan SEX, buku kontroversial yang diterbitkan Madonna pada 21 Oktober 1992. (Wonderland Magazine)

Madonna memilih untuk mencari uang dan belajar. Perjuangan itu tak sia-sia. Ia mampu memantapkan mimpinya sebagai seorang penyanyi. Kesempatan yang ditunggu akhirnya datang. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk pindah dari Michigan ke New York.

Ia mulai mencari band yang mau bermain bersamanya. Nyatanya, hal tak mudah. Ia sempat merasakan bagaimana menjadi kutu loncat demi mencari wadah –band—bermusik terbaik. Ia pun memutuskan membuat grup band untuk pengiringnya sendiri. Madonna, namanya.

Demo rekaman pun disebar ke mana-mana. Sebab, itu satu-satunya strategi mempuni pada era itu. Bak gayung bersambut. Sire Records kepincut. Madonna dan Sire Records pun bekerja sama dengan menghasilnya album pertama bertajuk sama dengan namanya, Madonna (1982).

Beberapa lagunya pun digemari. Ia mulai menapaki tangga kesuksesaan. Ia kian kesohor setelah album keduanya, Like a Virgin (1985) beredar.

“Tapi yang kemudian benar-benar menjadikan Madonna mengisi majalah dan televisi hiburan adalah ketika albumnya berjudul Like a Virgin, tahun 1985, muncul dan langsung digemari di seluruh dunia. Di tahun awal popularitasnya itulah, persis pada hari ulang tahunnya yang ke-27, Madonna menikah dengan bintang film Sean Penn di kawasan elite Malibu, California.”

“Dihadiri oleh banyak bintang terkenal pesta perkawinan Madonna menjadi berita besar di seluruh dunia. Pasangan suami istri ini sempat main bersama dalam film komedi Sanghai Surprise yang diproduksi oleh perusahaan milik bekas anggota Beatles, George Harisson. Namun perkawinan keduanya tidak berumur panjang,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Madonna dan Seks (1992).

Aksi panggung Madonna dalam sebuah pertunjukkannya. (Wikimedia Commons)

Madonna pun kian sukses. Apalagi ia memahami benar formula ampuh dunia hiburan. Sensasi dan kontroversi. Langkah itu kerap diambil Madonna untuk melanggengkan eksistensinya. Ambil contoh kala konsernya digelar, Madonna kerap mencopot dan melemparkan celana dalam kepada penonton.

Kontroversi tak lantas sampai situ saja. Ia bahkan meluncurkan sebuah buku berjudul Sex pada 21 Oktober 1992. Peluncuran buku yang memuat narasi pembebasan aktivitas seksual jadi buruan seisi dunia. Semua itu karena buku itu turut menampilkan konten Madonna tanpa busana dan simulasi agedan seks.

Kehadiran buku membawa kehebohan. Alih-alih hanya pujian, kehadiran buku yang merekam Madonna tanpa busana di pom bensin, warung pizza, hingga jalan raya ditentang banyak pihak –utamanya kaum konservatif. Madonna dianggap merusak generasi muda dengan buku berisi 128 halaman.

“Buku ini memiliki foto-foto yang menampilkan konten dewasa dan juga simulasi adegan seks. Sampul buku ini terbuat dari aluminium. Madonna kemudian sengaja membungkus buku itu dengan segel yang mudah disobek. Suatu hal yang menandakan pembaca harus merobek dulu dan membaca. Robekan itu bak sebuah makna merobek pakaian dan menjerumuskan banyak orang melawan kekakuan. Namun, ada juga label peringatan bahwa buku itu untuk dewasa.”

“Madonna bahkan tidak harus mempromosikan buku karena media justru antre untuk mewartakan bukunya. Buku itu dirilis sehari setelah album musik, Erotika dirilis. Erotika dikatakan Madonna album paling kotor. Namun, sayangnya, diabaikan karena bukunya lebih membawa sensasi,” ungkap Chris Dicker dalam buku Madonna Biography: The Sex Symbol of The Music Industry Revealed (2017).