Bagikan:

JAKARTA - Upaya menjauhkan politik dari olahraga adalah hal mustahil. Dalam sepak bola, apalagi. Sikap politik kerap kali dipertontonkan oleh banyak pihak. Dari pemilik federasi hingga pemain. Narasi dukungan kian terdengarkan kala isu kemanusiaan jadi pemantik sikap.

Bintang sepak bola dunia, Mesut Ozil pernah merasakannya. Hatinya kerap terbakar melihat ketidakadilan bagi kaum Muslim di dunia. Fakta itu membuatnya kerap berpihak kepada mereka yang terpinggirkan: Muslim Uighur dan Palestina.

Konflik yang mendera Muslim Uighur begitu kompleks. Semuanya bermula kala Partai Komunis China memenangkan Perang Sipil pada 1949. Kemenangan itu membuat Xinjiang jadi bagian wilayahnya. Suatu wilayah yang dihuni oleh etnis Uighur.

Berbeda dengan wilayah China yang lainnya yang didominasi oleh etnis Han. Perbedaan etnis dan budaya itu membuat etnis Uighur bak jadi anak tiri. Sekalipun status wilayah otonom diberikan kepada Xianjiang jadi resmi bernama Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR).

Pemerintah China kemudian memiliki ide untuk membangun Xianjiang. Setelahnya, migrasi besar-besaran etnis Han ke Xianjiang pun dimulai. Alih-alih dapat hidup berdampingan dengan tenang, keduanya justru kerap berkonflik.

Seorang anak Palestina berkaus Tim Real Madrid dengan nama Mezut Ozil bersama seorang tentara Israel. (Twitter/@M10)

Pemantiknya beragam. Kemudahan etnis Han mendapatkan kepastian pekerjaan jadi salah satunya. Sedang Uighur dipaksa menikmati hidup nelangsa. Konflik itu kemudian mengarah kepada persekusi etnis Uighur.

Mereka dipaksa hidup bak etnis Han. Utamanya, pemaksaan bahasa China. Gelora perlakuan buruk itu membuat Muslim Uighur melanggengkan demonstrasi. Muslim Uighur kemudian ditangkap-tangkapi dan disiksa oleh pemerintah.  

Mereka dikumpulkan di kamp tahanan. Semenjak itu masjid-masjid mulai dihancurkan. Situs-situs keagamaan apalagi. Seisi dunia kemudian mengutuk perilaku tak manusiawi pemerintah China pada 2018. Bintang sepak bola dunia yang bermain untuk Arsenal, Mesut Ozil tak mau ketinggalan.

Pesepakbola muslim itu mengutuk aksi China. Ia berharap negara-negara Islam besar membantu nasib Muslim Uighur. Ozil menyampaikan pesan itu secara terbuka lewat medium Twitter (kini: X). Ia ingin Muslim Uighur dapat hidup tenang dan damai.

“Wahai Turkistan Timur. Luka berdarah umat. Komunitas Mujahid dan Mujahidin yang menentang penganiayaan. Orang-orang beriman yang berperang melawan mereka yang memaksa meninggalkan Islam. Alquran sedang dibakar. Madrasah dilarang.”

 “Sarjana agama dibunuh satu per satu. Saudara-saudara dipaksa masuk ke kamp. Sebagai gantinya, pria China ditempatkan di keluarga mereka. Perempuan dipaksa menikah dengan pria di luar Uighur. Terlepas dari semua ini. Umat Muhammad tidak bisa berkata-kata. Suaranya tidak terdengar. Muslim tidak dapat mengklaim. Tidak tahu bahwa kekejaman adalah kejahatan,” terang Mesut Ozil dalam akun Twitter/X @M10, 13 September 2019.

Bela Muslim

Penyataan Ozil nyatanya membawa luka yang amat dalam bagi seisi China. Banyak kecaman didapat Ozil dari personal maupun kelompok. Mayoritas rakyat China meyakini berita terkait nasib sedih Muslim Uighur adalah kebohongan. Muslim Uighur bukan ditangkap dan disiksa, tapi dibina.

Arsenal yang jadi wahana bermain bagi Ozil ambil sikap. Klub asal London Inggris mencoba mendesak Ozil untuk tak membuat pernyataan politik. Politik tak dapat masuk dalam ranah olahraga. Padahal, pendapat yang diungkap Ozil bersifat pribadi, bukan klub. Namun, Arsenal menganggap lain.  

Pernyataan itu dianggap berdampak besar. Utamanya, urusan eksistensi penggemar Liga Inggris dan Arsenal di China. Ozil bak dikucilkan dari skuad. Gajinya diturunkan. Puncaknya, ia memilih pergi dari Arsenal dan berlabuh ke klub Turki, Fenerbahce.

Sikap itu diambilnya karena urusan ketidakadilan harus ia bela. Narasi pembelaan Ozil bukan cuma dilanggengkan atas Muslim Uighur saja. Kaum Muslim yang menjadi korban Konflik Israel-Palestina juga ikut dikecamnya.

Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China. (Antara/dancingturtle.org)

Ia berdiri bersama Palestina. Segala macam agenda kekerasan Israel bak pemusnahan ras ditentangnya. Ambil contoh kala Israel melanggengkan serangan udara ke Palestina pada Mei 2021. Bulan Mei yang harusnya jadi hari penuh suka cita karena berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri, jadi kelabu.

Puluhan orang meninggal dunia, dan 12 di antaranya adalah anak-anak. Ozil pun tak kuasa menahan kesedihan. Ia kemudian mengirim doa kepada memohon keselamatan untuk mereka yang menjadi korban kejahatan Israel. Ia pun mengutuk kekerasan yang dilakukan Israel bak penjajah. Bahkan, hingga hari ini.   

“Selamat Idul Fitri untuk seluruh umat Islam di seluruh dunia. Semoga puasa dan doa kita semua diterima di bulan yang penuh berkah ini - Doa saya menyertai mereka yang tidak bisa merayakannya (Muslim Palestina) dengan damai hari ini,” ungkap Ozil lewat Akun Twitter @M10, 13 Mei 2021.