Bagikan:

JAKARTA - Mohammad Mahfud Mahmodin (MD) adalah politikus ulung. Ia andal dalam segala bidang. Seluruh kekuasaan dari trias politica (eksekutif, legislatif, yudikatif) pernah dijajalnya. Kepemimpinan itu membuat nama Mahfud harum. Apalagi ia kerap mendapat restu dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Namun, tak selamanya Dewi Fortuna berpihak kepada Mahfud dalam dunia politik. Mahfud pernah gagal menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Indonesia mendamping Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.

Mahfud MD dan Gus Dur adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Narasi itu karena sepanjang perjalanan karier politik Mahfud, jejak Gus Dur dan partainya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) senantiasa muncul.

Kala Gus Dur menjadi orang nomor satu di Indonesia, apalagi. Presiden Indonesia ke-4 itu jeli melihat potensi yang dimiliki seorang Mahfud. Gus Dur bahkan percaya bahwa kehadiran Mahfud dapat membawa Indonesia lebih baik.

Alasan itu membuat nama Mahfud diangkat Gus Dur sebagai menteri dua kali. Pertama, sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Kedua, sebagai Menteri Kehakiman dan HAM. Mulanya Mahfud meragu ia dapat menjalankan tugas sebagai menteri. Gus Dur pun datang bak juru selamat dan menyakini Mahfud sampai bersedia.

Gagal jadi Cawapres Presiden Jokowi pada periode jabatan kedua 2019-2024, Mahfud MD diberi posisi sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. (Antara/Akbar Nugroho Gumay)  

Boleh jadi karier politik Gus Dur sebagai Presiden Indonesia berakhir cepat. Namun, peristiwa itu tak berpengaruh bagi karier politik Mahfud. Ia boleh saja tak lagi menjadi menteri, tapi Mahfud dipersilakan Gus Dur untuk mencicipi karier lainnya.

Dukungan itu membuat Mahfud melenggang-langgeng memilih karier baru sebagai anggota DPR. Tapi, kehadirannya di DPR hanya sebentar. Sebab, ia tak begitu menyukainya. Ia pun mulai mencari bidang baru. Jabatan Hakim Konstitusi kemudian jadi bidikannya.

Pucuk dicinta ulam tiba. Keinginannya jadi Hakim Konstitusi tercapai. Pun tak lama setelahnya Mahfud mampu menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia era 2008-2013. Bidang itu membuat namanya semakin melejit. Pun akhirnya ia mendapatkan posisi yang sesuai dengan keahliannya, hukum.

“Mahfud sudah tune in dengan tugasnya sebagai Menhan era Gus Dur meski semula diragukan banyak orang. Sikapnya tegas meneriakkan supremasi sipil dan reposisi TNI menurut hukum tata negara, tetapi beliau juga membela TNI dengan tegas dari serangan-serangan aktivis pro demokrasi dan LSM, dan meminta pihak luar tidak mengobok-obok TNI.”

“Mahfud tak segan menyebut ada aktivis dan LSM yang memperjudikan kedaulatan negara atas nama HAM dan demokrasi dengan mendesak-desak TNI diam tak berbuat apa-apa, tetapi jika terjadi sesuatu yang fatal, TNI yang disalahkan. Banyak LSM yang bagus, tapi aktivis dan LSM yang seperti itu tak nasionalis dan menjijikkan. Beliau bersikap tegas bahwa kita harus menjaga keutuhan ideologi Pancasila dan teritori,” ujar Fajar Laksono dalam buku Hukum Tak Kunjung Tegak (2007).

Gagal Jadi Cawapres

Karier politik yang dilanggengkan Mahfud MD gemilang. Ia mampu menjalankan segala macam perannya, entah sebagai pejabat eksekutif, legislatif, atau yudikatif. Namun, tak selamanya Dewi Fortuna berpihak kepada Mahfud.

Apalagi kala Mahfud merangkai mimpi jadi sosok Wapres Indonesia. Mimpinya hampir menjadi nyata karena ia dipinang oleh Jokowi sebagai Cawapres dalam Pilpres 2019. Kala itu nama Mahfud memang sedang kesohornya disebut sebagai pendamping Jokowi.

Mahfud menerangkan pinangan itu diterimanya. Pihak Jokowi bahkan telah meminta Mahfud mengukur ukuran baju. Ajian itu dilakukan supaya Mahfud tampil senada dengan Jokowi saat deklarasi Capres-Cawapres di Plataran Resto, Menteng, Jakarta Pusat, pada 9 Agustus 2018.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Semangat Mahfud meninggi. Ia diminta untuk bersiap. Pun ia ditempatkan sementara di Restoran Tesate yang berada tak jauh dari tempat acara deklarasi Capres-Cawapres di Plataran Resto.

Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam sesuai yang diminta. Malang tak dapat ditolak. Alih-alih segera merapat, Mahfud justru dikabarkan Jokowi sudah memiliki calon lain. Calon Cawapres itu adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma’ruf Amin.

Mahfud MD pada Pemilu 2014 merupakan Ketua Tim Pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dan keputusannya menerima tawaran posisi itu berseberangan dengan Parpol tempatnya bernaung, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mendukung Jokowi-Jusuf Kalla. (Antara/Andika Wahyu)

Khalayak pun seakan tak percaya Mahfud diabaikan pada detik-detik terakhir. Anggapan Mahfud kecewa bukan main berdatangan. Apalagi, Mahfud bak curhat terkait kronologi kegagalannya sebagai Cawapres Jokowi di salah satu acara stasiun televisi nasional.

Mahfud pun kembali lagi menegaskan terkait kegagalannya baru-baru ini. Ia mengungkap tak menyesal dengan kegagalan itu. Kegagalan sebagai Cawapres dianggapnya sebagai angin lalu. Sebab, ia menyakini selalu ada kejutan di balik semua kegagalan.

“Saya waktu itu 2019 itu mau jadi Wapres tapi akhirnya gak jadi. Lalu akhirnya saya berpikir nikmat Tuhan apa yang harus saya rasakan lagi. Saya waktu itu tuh saya berpikir aja pada pengorbanan orang lain. Saya ini mau jadi Wapres gak jadi, apakah saya harus sedih, harus marah, tidak. Karena dulu itu Bung Karno itu sudah berkuasa jadi presiden 20 tahun dijatuhkan.

“Saya belum jadi gak pernah jatuh dan saya tidak kehilangan apa-apa. Bung Karno itu berkorban hampir selama hidupnya untuk Indonesia dijatuhkan. Pak Harto 32 tahun seperti kaisar tiada tanding, akhirnya dijatuhkan dalam waktu sekejap pada 21 Mei 1998. Saya ini belum jadi apa-apa, belum jadi kok mau marah-marah. Hikmah yang saya ambil adalah berjuang kembali saja,” cerita Mahfud MD di Podkas yang tayang di laman Sekretariat Kabinet, 29 Mei 2023.