Bagikan:

JAKARTA - Puluhan tahun yang lalu, polio merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti di Amerika Serikat (AS). Saat cuaca memanas setiap tahun, kepanikan terhadap polio semakin meningkat bahkan akhir musim panas dijuluki "musim polio".

Banyak hal yang dilakukan untuk melakukan pencegahan penularan polio. Banyak kolam renang umum yang ditutup. Selain itu, banyak bioskop juga yang membuat peraturan agar para pengunjung tidak duduk berdekatan. Perusahaan asuransi mulai menawarkan asuransi polio untuk bayi yang baru lahir.

Korban polio yang paling terkenal adalah Presiden Franklin Delano Roosevelt, yang waktu itu adalah seorang politisi muda. Ia terkena polio pada 1921, penyakit ini menyebar dengan cepat, membuat kakinya lumpuh secara permanen. Pada akhir 1940-an, March of Dimes, sebuah organisasi akar rumput didirikan dengan bantuan Presiden Roosevelt untuk menemukan cara mempertahankan diri melawan polio. 

Ilustrasi (Pixabay)

Pada 1952, hampir 60.000 anak-anak terinfeksi polio; ribuan orang lumpuh dan lebih dari 3.000 orang meninggal. Rumah sakit membentuk unit khusus dengan mesin paru-paru besi untuk menjaga korban polio tetap hidup. 

Namun mimpi buruk tersebut berangsur hilang. Pada 23 Februari 1954, untuk pertama kalinya anak-anak mendapatkan vaksin polio. Anak-anak tersebut adalah murid-murid dari Arsenal Elementary School di Pittsburgh, Pennsylvania, AS. Mereka menerima suntikan pertama vaksin polio baru yang dikembangkan oleh Dr. Jonas Salk.

Ilustrasi (Pixabay)

Polio merupakan penyakit menular yang menakutkan dan tampaknya mustahil untuk dihentikan. Penyakit ini menyerang sel-sel saraf dan kadang-kadang sistem saraf pusat. Polio juga menyebabkan kerusakan otot, kelumpuhan, dan kematian. Bahkan ketika pengobatan meningkat pesat pada paruh pertama abad ke-20 di dunia Barat, polio masih menyerang, menjangkit sebagian besar anak-anak dan terkadang orang dewasa juga. 

Dilansir dari History, Minggu, 23 Februari, Jonas Salk yang merupakan kepala Laboratorium Penelitian Virus di University of Pittsburgh, menemukan bahwa polio memiliki sebanyak 125 jenis dan tiga jenis dasar. Salk menemukan, vaksin penyembuhannya harus bisa memerangi tiga jenis dasar tersebut.

Dengan menumbuhkan sampel virus polio dan kemudian menonaktifkan atau "membunuh" virus tersebut dengan menambahkan suatu bahan kimia, Salk mengembangkan vaksinnya, yang dapat disuntikkan pada pasien tanpa menimbulkan infeksi.

Setelah inokulasi massal dimulai pada 1954, semua orang mengagumi tingkat keberhasilan penyembuhan polio yang tinggi dari vaksin ini, yaitu sekitar 60-70 persen. Setelah ditentukan bahwa semua kasus polio sebelumnya muncul disebabkan oleh vaksin yang salah, standar produksi vaksin baru ditingkatkan.

Pada Agustus 1955, sekitar 4 juta suntikan vaksin polio telah diberikan. Kasus polio di AS turun dari 14.647 pada 1955 menjadi 5.894 pada 1956, dan pada 1959 sekitar 90 negara juga ikut menggunakan vaksin temuan Salk.

Vaksin polio kemudian kembali dikembangkan oleh Albert Sabin. Ia mengembangkan vaksin polio menggunakan virus hidup yang dilemahkan dan vaksin digunakan secara oral alih-alih disuntikkan. Vaksin sejenis itu dilisensikan pada 1962 dan lebih populer daripada vaksin milik Salk, karena lebih murah dan lebih mudah bagi orang untuk memakainya karena tidak perlu disuntikkan.

Meskipun belum ada obat penyembuh polio, tetapi penggunaan vaksin berhasil menghilangkan wabah polio di Amerika Serikat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus polio telah berkurang hingga 99 persen dan hanya ada di negara miskin di dunia dan yang paling terpinggirkan. WHO berharap dapat memberantas penyakit dengan cara setiap anak dipastikan mendapatkan vaksin polio.