JAKARTA - Hari ini, 95 tahun yang lalu, atau tepatnya 31 Januari 1926, ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) didirikan. Pendirian NU tak terlepas dari peran besar, KH. Hasyim Asy’ari. Atas perannya, NU kemudian menjelma menjadi salah satu ormas Islam besar di Nusantara.
Boleh jadi nafas NU adalah islam tradisional yang berkembang di Jawa Timur. Namun, secara perannya NU telah banyak berbicara dalam lingkup nasional, termasuk membawa Indonesia terlepas dari penjajahan Belanda. Kultur pesantren kental jadi pondasi tumbuh kembang NU. Lebih lagi, lewat pesantren, NU berkembang dan berakar di masyarakat Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber, jauh sebelum NU lahir, kalangan pesantren di Jawa Timur sudah mempunyai tekad untuk melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan pada 1916. Kemudian, tercetus Nahdlatul Wathan yang mempunyai arti “Kebangkitan Tanah Air.”
Selang dua tahun, pada 1918 didirikan kembali organisasi yang bertujuan untuk memberikan pendidikan sosial politik kepada santri. Pendidkan itu bernama Taswirul Afkar atau dikenal dengan Nahlatul Fikri yang mempunyai arti “kebangkitan Pemikiran.”
Setelahnya, hadir pula Nahlatul Tujjar yang mempunyai arti “Pergerakan Kaum Saudagar.” dengan begitu, Taswirul Afkar menjadi lembaga pendidikan yang berkembang, bahkan sampai memiliki cabang di beberapa kota.
BACA JUGA:
Alhasil, kaum terpelajar mulai menyadari keterbelakangan yang dialami oleh Indonesia akibat penjajahan. Untuk itu, jalan pendidikan dan organisasi dipilih jadi jalur perjuangan.
Setelahnya, muncul banyak organisasi pendidikan dan pembebasan. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas. Lalu, NU yang mempunyai arti “Kebangkitan Ulama” berdiri pada 31 Januari 1926.
Pendirinya, KH. Hasyim Asy’ari bahkan ikut merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) dan Kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah (berpegang teguh dengan sunnah Nabi) yang menjadi dasar dan rujukan pemikiran dan tindakan keagamaan, juga politik warga NU.
Peran NU
Dikutip dari laman Detik.com, sebagai organisasi sosial keagamaan, NU punya pengaruh dalam memajukan kualitas masyarakat lewat pendidikan atau bidang lainnya. Di bidang pendidikan, NU telah membuktikan perannya lewat hadirnya berbagai pesantren di seluruh Nusantara.
Pesantren itu tak hanya menjadi sarana rujukan agama, tetapi juga pusat pengembangan masyarakat. Lebih lagi, pesantren-pesantren NU sama-sama memegang prinsip ahlussunnah waljama’ah.
Prinsip ini memungkinkan NU dapat berperan lebih banyak di masyarakat, tanpa terjebak berbagai bentuk pemahaman. Pesantren juga menjadi dasar pendidikan pendiri dan tokoh NU.
Demikian juga dengan peran NU dalam organisasi untuk pemuda dan wanita. Untuk pemuda, NU memiliki Gerakan Pemuda Ansor yang berdiri pada 14 Desember 1949.
Sebelumnya, organisasi tersebut bernama Ansor Nahdlatul Ulama dan Persatuan Pemuda Nahlatul Ulama. Sedangkan, organisasi untuk wanita adalah Muslimat Nahlatul Ulama.
Selebihnya, NU dikenal memiliki banyak sosok ulama yang bijak dan rendah hati. Para ulama tersebut begitu dekat dengan masyarakat. Oleh sebab itu, tak heran jika NU mudah diterima oleh semua kalangan, mulai dari masyarakat kota maupun pedesaan.