Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 79 tahun yang lalu, atau tepatnya 24 Januari 1942, Jepang menaklukkan Balikpapan dari tangan Belanda. Jepang mendapatkan kemenangan itu di bawah panji pimpinan Mayor Jenderal Shizuo Sakaguchi. 

Ia pun menggerakkan bala tentara yang begitu besar. Tentara Belanda KNIL pun takluk. Atas keberhasilan itu, Jepang mulai mengonsolidasikan kekuasaannya ke kota besar lainnya.

“Pada 24 Januari 1942 Balikpapan jatuh di bawah kekuasaan tentara pendudukan Jepang. Pengungsian besar-besaran penduduk Kota Balikpapan terjadi menjauhi medan pertempuran. Pihak militer Belanda memerintahkan pembumihangusan instalasi minyak. Sebagian dari mereka menuju barak-barak pengungsian di pedalaman. Dan sebagian lagi ke utara kemudian berlayar memasuki Sungai Mahakam menuju pedalaman. Pihak Belanda merencanakan perang gerilya di hutan-hutan Kalimantan,” ungkap Erwiza Erman dan Ratna Saptari dalam buku Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa (2013).

Akan tetapi, baru diawal April Jepang sepenuhnya menguasai Kalimantan. Jepang pun membagi dua wilayah administrasi di Kalimantan. Angkatan Darat (AD) Jepang mengatasi wilayah Malaysia dan Brunei yang sebelumnya dikuasai Inggris.

Wilayah ini disebut "Kita Boruneo.” Sementara Angkatan Laut (AL) Jepang mengatasi wilayah Kalimantan yang sebelumnya dikuasai Hindia Belanda. Bagian ini disebut “Minami Boruneo.”

“Pembagian administrasi ini bertahan hingga akhir pendudukan Jepang. Pembagian kekuasaan di atas dilakukan berdasarkan tingkat kerumitan wilayah yang dikuasai. AD Jepang mengemban tugas mengatur wilayah lebih padat penduduk dan kebutuhan administrasi yang rumit. Sebaliknya AL Jepang memerintah wilayah yang perlu dijaga untuk jangka waktu lebih lama,” tulis Handri Yonathan dan Petrik Matanasi dalam buku Rebut Balikpapan: Peran Penting Kota Kecil pada Perang Pasifik (2016).

Untuk itu, Balikpapan disiapkan menjadi eikyu senryu (milik permanen) kekaisaran Jepang. AL Jepang bahkan menyiapkan Borneo Minseibu, sistem administrasi yang lebih bersifat sipil bermarkas di Banjarmasin.

Administrasi sipil ini memang sejalan dengan rencana mengintegrasikan Kalimantan ke dalam Kekaisaran Jepang. Lantaran itu, Balikpapan begitu istimewa bagi Jepang.

“Balikpapan dan Tarakan mendapat posisi istimewa. Keduanya tergolong shu (residency) yang langsung berada di bawah Minseibu Banjarmasin. Sebuah residen dikepalai oleh seorang shu-cho (kepala wilayah). Dalam konteks Kalimantan, prioritas utama adalah pengembangan industri minyak. Fokus Jepang saat itu adalah menghidupkan kembali instalasi pengolahan minyak di Tarakan dan Balikpapan,” tambah Handri Yonathan dan Petrik Matanasi.

Setelah menjadikan Balikpapan sebagai titik penting penaklukkan di Hindia Belanda (Indonesia), Jepang bergerak cepat menaklukkan kota-kota besar lainnya. Akhirnya, pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Jepang mendarat di Teluk Banten, dan Kragan di Jawa Tengah.

Setelah tiga hari mengusai Batavia, tepat pada 8 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang. Oleh sebab itu, di mulainya masa penjajahan Belanda atas Indonesia.