Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 28 Februari 2018, Komisaris Jenderal (Komjen), Budi Waseso (Buwas) menikmati hari terakhirnya sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Ia akan digantikan dengan dengan Inspektur Jenderal (Irjen), Heru Winarko.

Sebelumnya, Kepemimpinan Buwas tak melulu diisi dengan kemajuan, tapi juga dengan kontroversi. Ia pernah menginisiasi pembuatan penjara yang dikelilingi buaya. Sisi lainnya, kepemimpinan Buwas pernah menggagalkan penyelundupan satu ton sabu-sabu asal Taiwan di Anyer, Banten.

Boleh jadi tindak tanduk Buwas sebagai Kepala Bareskrim Mabes Polri tak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Namun, semuanya berubah ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikannya pindah memimpin BNN pada 8 September 2015.

Ia yang dilantik langsung oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti langsung ingin membuktikan kecakapannya menurunkan angka praktek penyalagunaan narkoba di Indonesia. Komitmen itu tak mudah. Buwas harus berjuang membesarkan BNN di tengah keterbatasan. Utamanya, perihal dana.

Namun, Buwas mampu membuktikan kinerjanya. Pada masanya, BNN pernah tercatat menggagalkan penyelundupan sabu-sabu 1 ton dari Taiwan di Anyer, Banten. Tangkapan itu menjadi tangkapan terbesar yang pernah dilakukan BNN sepanjang sejarah.

Presiden Joko Widodo bersama Kepala BNN, Budi Waseso yang menjabat dari 2015 hingga 2018. (setkab.go.id)

Buwas tak lantas besar kepala. Prestasi itu dianggapnya biasa saja. Sebab, penegakan penyalagunaan narkoba di Indonesia masih panjang. Di tengah itu, ia juga kerap melemparkan ide kontroversi. Ia ingin memberikan efek jera kepada pengedar narkoba dengan membuat penjara yang dipenuhi buaya.

Belum lagi, keinginan Buwas yang ingin mengikuti penegakan penyalagunaan narkoba seperti Presiden Filipina Rodrigo Duterte (2016-2022). Apalagi, Buwas kala itu ngebet ketemu langsung dengan Duterte. Padahal, Duterte dianggap banyak pihak telah melakukan pelanggaran HAM berat dalam urusan memberantas narkoba.

“Demi ketenangan di lingkungan Istana maka Komjen Pol Budi Waseso dialih tugaskan jabatannya dari Bareskrim Polri menjadi Kepala BNN yang setingkat dengan jabatan Dirjen Eselon IA di Kementerian. Mengingat kinerja Komjen Pol Budi Waseso selaku Kepala Badan Narkoba Nasional (BNN) yang prestasinya sangat baik dalam menangani masalah narkoba, lalu Presiden Joko Widodo meningkatkan status Badan Narkoba Nasional setingkat dengan Menteri.”

“Dampak positifnya kepada Komjen Budi Waseso diperkirakan dinaikkan pangkatnya dari Komisaris Jenderal Polisi (bintang 3) menjadi Jenderal bintang 4. Hal tersebut diraihnya kurang dari satu tahun sejak menjabat kepala Bareskrim Polri suatu prestasi luar biasa. Dinamika itu membuat Buwas jadi salah satu pemimpin BNN yang prestasi,” ungkap Monang Siahaan dalam buku Ahok Pun Digoyang dan Rupa-rupa Peristiwa (2016).

Sederet kontroversi selama kepemimpinan Buwas tak membuat nama Buwas tenggelam. Besarnya prestasi Buwas di BNN ada di baliknya. Ia menjadi salah satu pemimpin BNN yang meninggalkan jejak besar bagi penegakan penyalagunaan narkoba Indonesia.

Budi Waseso sebagai Direktur Utama Perum Bulog saat ini. (Dok. Perum Bulog)

Namun, kepemimpinan Buwas harus segera berakhir. Ia pun menikmati hari terakhir pengabdiannya di BNN dan juga Polri pada 28 Februari 2018. Kala itu, Ia sedang meresmikan kegiatan penanaman perdana jagung dan kedelai di Aceh, sebagai ganti ladang ganja.

Setelahnya kepemimpinan Buwas diteruskan oleh Irjen Heru Winarko. Sedang Buwas setelah dari BNN lalu berlabuh ke lembaga pangan Indonesia, Perum Bulog.

“Tepat tanggal 28 Februari 2018 sebagai hari terakhir pengabdiannya di BNN dan juga di Polri. Buwas melaksanakan kegiatan penanaman perdana tanaman jagung dan kedelai di Bireuen dalam rangka pelaksanaan program alternative development di Aceh.”

“Program tersebut digagas oleh Buwas guna merubah pola hidup petani ganja menjadi petani tanaman produktif. Menurutnya, ladang ganja yang masih ada harus berubah menjadi agrowisata,” tertulis dalam laman BNN, 5 Maret 2018.