JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 27 Februari 2018, Mantan Presiden Indonesia Bacharuddin Jusuf (B.J.) Habibie mendapatkan perawatan intensif di Klinik Starnberg, Jerman. Perawatan itu dilakukan karena kondisi Habibie kian memburuk dan kesulitan bernapas.
Tim dokter pun menyebut gangguan kesehatan itu karena klep jantung habibie bocor. Sebelumnya, Habibie semasa mahasiswa pernah mengidap penyakit berat, Tuberkulosis (TB) tulang. Penyakit itu jadi penyebab awal penyakit gangguan kesehatan jantung Habibie kerap kambuh.
Dedikasi Habibie dalam mengembangkan dunia kedirgantaraan Indonesia tiada dua. Perjuangan Habibie menempuh pendidikan di Jerman ada di baliknya. Pengetahuannya luar biasa, pun Habibie termasuk mahasiswa yang cekatan.
Namun, kesuksesan Habibie harus dibayar mahal. Habibie tumbuh sebagaimana umumnya mahasiswa. Ia kerap serius akan suatu hal. Dalam belajar utamanya. Keseriusan itu membuat Habibie abai terhadap kesehatannya. Ia sering telat makan. Pun Habibie sering memaksa dirinya sampai kelelahan dan jatuh sakit.
Masalah itu tak membuat Habibie jera. Ia justru melanggengkan gaya hidup itu. Malang pun tak dapat ditolak. Keadaan Habibie yang masih kepala dua sempat kritis dan dirawat di Rumah Sakit Bad Godesberg, Bonn. Dokter kala itu menyebut Habibie terkena penyakit serius. TB tulang namanya.
TB tulang membuat Habibie berada dalam titik terendah hidup. Alih-alih bermimpi jadi orang nomor satu Indonesia, ia justru harus menghadapi kenyataan bahwa nyawanya hampir melayang. Bahkan, ia sempat dimasukkan ke dalam kamar mayat. Beruntung Habibie dirawat dengan baik dan rekan-rekannya ikut menyemangati.
“B.J. Habibie kemudian menyarankan kepada delegasi untuk cepat pulang karena beberapa orang di antara mereka harus menempuh ujian. Sebelum kunjungan teman-temannya dari Aachen, hampir tidak ada harapan bagi B.J. Habibie untuk hidup. Bahkan, ia sudah dimasukkan ke dalam kamar mayat dan didampingi oleh seorang rohaniawan yang khusus datang membacakan doa sebagaimana orang sakit yang sebentar lagi akan menghembuskan napasnya yang terakhir.”
“Selama 24 jam ia dalam keadaan tidak sadar. Ketika sadar, pertama kali dilihatnya ada seorang rohaniawan. Rohaniawan itu seperti tidak yakin bahwa ia akan siuman, badannya lemah, kakinya terbalut gips. Ia tiga kali dikembalikan ke kamar isolasi dari bangsal biasa,” ungkap A. Makmur Makka dalam buku Mr. Crack dari Parepare (2018).
TB Tulang yang diderita Habibie berimbas kepada kesehatan Habibie di masa mendatang. TB Tulang nyatanya menjadi penyebab awal penyakit gangguan kesehatan jantung. Apalagi kala Habibie sudah tak menjabat Presiden Indonesia lagi. Kesehatan jantung Habibie sering terganggu.
Habibie pun pernah tercatat dirawat intensif di Klinik Stanberg Muenchen pada 27 Februari 2018. Kesehatan Habibie dikabarkan memburuk karena kesulitan bernafas. Tim dokter pun cekatan melakukan tindakan.
BACA JUGA:
Pangkal masalahnya ketahuan. Klep jantung Habibie bocor. Akibatnya, penumpukan air di paru-paru Habibie mencapai 1,5 liter. Peristiwa itu membawa kedukaan. Seisi Indonesia pun mendoakan kesembuhan Habibie.
“Benar, sudah tiga hari beliau dirawat di Klinik Stanberg Muenchen, Jerman. Mohon bantu doa semoga Bapak B.J. Habibie lekas sembuh. Kami memohon agar seluruh masyarakat Indonesia turut mendoakan agar kondisi kesehatan beliau pulih seperti sedia kala,” terang sekretaris pribadi Habibie, Rubijanto sebagaimana dikutip Antara, 3 Maret 2018.