JAKARTA - Pedro Rodrigues Filho adalah anomali dunia kriminal. Orang Brasil mengenalnya sebagai pembunuh berantai. Namun, deretan korban yang dibunuh Pedro didominasi oleh para kriminil, seperti gembong narkoba, penipu, hingga pemerkosa. Terhitung, sepanjang hidupnya Pedro sudah membunuh 70 penjahat. Itulah mengapa Pedro dijuluki “Pedrinho Matador” atau Petrus si Pembunuh.
Sedari kecil, Pedro tumbuh di tengah lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Melansir All That’s Interesting, Pedro yang lahir di Minas Gerais, Brasil pada 17 Juni 1954 kerap mendapatkan perlakuan kasar dari sang ayah sejak kecil. Bahkan, Pedro lahir dalam kondisi tempurung kepala rusak. Hal itu dikarenakan sang ayah yang sering kali menggunakan kekerasan fisik kepada ibunya sejak Pedro masih dalam kandungan.
Tumbuh dengan kekerasan membuat Pedro yang masih kecil kemudian memahami bahwa segala kejahatan adalah hal menyenangkan. Untuk itu, Pedro memaku mindset-nya bahwa kejahatan harus diselesaikan dengan kekerasan. Mindset itu kemudian bertumbuh dalam diri Pedro sampai akhirnya rasa itu makin tak terkendali saat Pedro mulai menginjak usia 14 tahun.
Pada usia itu Pedro melakukan pembunuhan pertamanya. Pria yang menjadi korban pertamanya adalah Wakil Wali Kota Alfenas. Sang Wali Kota, menurut Pedro telah lancang memecat ayahnya yang merupakan penjaga sekolah. Sang ayah dituduh mencuri makanan di kantin sekolah. Sebagai seorang anak, tentu Pedro tak tinggal diam. Ia merasa Wakil Wali Kota telah salah menuduh ayahnya. Singkat cerita, Pedro pun menembaknya.
Selang beberapa waktu, Pedro pun melakukan pembunuhan kedua. Pedro melakukan pembunuhan itu setelah mengetahui orang yang menjadi biang masalah sang ayah dipecat, yakni penjaga sekolah lainnya. Pedro juga membunuhnya tanpa ampun.
Setelahnya, Pedro lalu mengungsi ke daerah Mogi das Cruzes di Sao Paulo untuk menghindari kejaran polisi. Sesampainya di sana, Pedro yang menyadari di wilayah tempat tinggalnya terdapat seorang pengedar narkoba, membuatnya terganggu. Tak lama kemudian, penjahat tersebut mati di tangan Pedro.
Tak disangka, kehidupan di Mogi das Cruzes membuat Pedro kerasan. Apalagi, di sana Pedro memadu kasih dengan perempuan bernama Maria Aparecida Olympia. Keduanya jatuh cinta dan menjalani hari penuh romansa bersama-sama. Sayang, kebahagiaan tersebut lekas berakhir. Reputasi Pedro yang telah membunuh pengedar narkoba, membuat anggota geng setempat berang.
Sebagai balas dendam kepada Pedro, mereka membunuh kekasih Pedro. Oleh sebab itu, kematian Olympia semakin membuat Pedro gelap mata. Layaknya seorang detektif, Pedro mencari fakta siapa orang yang membunuh sang kekasih. Dalam hal itu, Pedro banyak membunuh anggota genk lainnya untuk mencari siapa pembunuh Olympia sesungguhnya.
Dendam
Setelah membunuh anggota geng, Pedro menargetkan membunuh ayahnya yang sedang di penjara karena telah membunuh sang ibu. Bagi Pedro, tindakan ayahnya adalah hal yang sangat memalukan.
Pada akhirnya, tak peduli masih satu darah, Pedro melakukan kunjungan ke penjara menemui ayahnya, langsung menusuk ayahnya sebanyak 22 kali dengan benda tajam. Saking bencinya, Pedro memakan hati sang ayah dengan beringas.
Pedro ditangkap oleh kepolisian setempat pada 24 Mei 1973. Ketika di tangkap, Pedro dibawa dengan mobil polisi bersama dua penjahat lainnya, termasuk seorang pemerkosa. Ajaibnya, ketika sang polisi membuka pintu, Pedro sudah melakukan pembunuhan kepada seorang pemerkosa.
Di penjara
Penjara tak membuat Pedro jera. Bagi Pedro penjara adalah babak baru bagi pembunuhan-pembunuhan penjahat lain. Di dalam penjara, Pedro membunuh setidaknya 47 narapidana. Narapidana yang menjadi korban rata-rata terlibat kasus pembunuhan. Seperti yang dipahami oleh Pedro, mereka adalah orang-orang yang pantas dibunuh.
Dalam sebuah wawancara, Pedro pun sempat ditanya apa sensasi yang didapat selama membunuh para penjahat. Dengan tenang Pedro menjawab, membunuh penjahat tak ubahnya merupakan kegembiraan yang memancing adrenalin. Ia pun menegaskan metode favoritnya dalam membunuh adalah dengan cara menusukkan pisau.
BACA JUGA:
Atas kasusnya, Pedro pun awalnya dijatuhi hukuman 128 tahun penjara. Namun, itu hanya awalan. Sebab, seiring pembunuhan yang dilakukan Pedro, ia mendapatkan hukuman hingga 400 tahun penjara. Kendati demikian, menurut hukum Brasil, hukuman penjara yang berlaku hanya maksimal 30 tahun.
Lantaran itulah, walau Pedro masih membunuh empat orang narapidana lainnya di penjara, Pedro tetap mendapat kebebasannya karena batas waktu hukuman hanya 30 tahun. Puncaknya, Pedro pun dibebaskan pada 2007. Ketika kisahnya dibagikan, seantero Brasil mengenal Pedro sebagai sosok yang dikenal selain selebritis atapun olahragawan. Seorang analis bahkan menyebut Pedro sebagai “Psikopat Sempurna.” Yang mana, Pedro akan terus mengejar para penjahat terutama yang menganiaya dirinya.