Mustafa Kemal Ataturk Memodernisasi Turki: Privatisasi Islam, Azan Berbahasa Turki, hingga Hapus Alfabet Arab
Mustafa Kemal Ataturk (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 10 November 1938, Presiden Pertama Turki Mustafa Kemal Ataturk meninggal dunia. Mustafa Kemal Ataturk meninggal akibat sirosis hati. Mustafa Kemal Ataturk adalah seorang revolusioner yang turut mendirikan Republik Turki dan berhasil mereformasi Turki menjadi negara modern.

Mengutip Biography, Ataturk telah aktif dalam gerakan revolusioner sejak muda. Ia menjadi anggota Muda Turki, sebuah gerakan intelektual revolusioner. Ia juga berpartisipasi dalam Revolusi Turki Muda Juli 1908, yang berhasil menggulingkan Sultan Abdülhamid II.

Dari 1909 hingga 1918, Attaturk memegang sejumlah jabatan di tentara Ottoman. Dia berperang melawan Italia dalam Perang Italia-Turki pada 1911 dan dari 1912-1913 bertempur dalam Perang Balkan.

Ataturk mengambil kekuasaan

Setelah tiga tahun bertempur, mesin perang Ottoman runtuh. Sekutu mulai membagi kekaisaran di antara mereka sendiri. Istanbul adalah Ibu Kota Kekaisaran Ottoman selama berabad-abad.

Tetapi, ketika Ataturk kembali ke Istanbul setelah Perang Dunia Pertama, Ataturk menemukan kota itu diduduki oleh pasukan Sekutu. Dia bertekad untuk memulihkan kedaulatan Turki.

Pada 1922, Turki menang dalam perang kemerdekaan. Keberhasilan Ataturk melawan "penjajah" memberinya pemerintah saingan yang meningkatkan legitimasi di mata rakyat.

Pada 29 Oktober 1923, Republik Turki dideklarasikan. Mustafa Kemal Ataturk adalah pahlawan perang dari kemerdekaan itu.

Ataturk dinobatkan sebagai Presiden Turki. Basis kekuatannya, Ankara menjadi ibu kota negara tersebut. Selama lebih dari 80 tahun, Turki berhasil diatur oleh prinsip-prinsip sekuler, prinsip-prinsip yang diperkenalkan oleh Mustafa Kemal Ataturk.

Setelah merebut kekuasaan, Ataturk mengambil langkah drastis untuk mengarahkan kembali Turki ke Barat. Menggunakan kekuasaannya, Ataturk menghapus sistem kekhalifahan, mengubah alfabet, dan menjadikan Islam sebagai ranah privasi.

Sebagai komandan divisi, Ataturk berperang melawan Sekutu dalam kampanye Gallipoli yang terkenal pada 1915. Mengutip Al Jazeera, legitimasi Sultan sebagai penguasa terletak pada posisinya sebagai Khalifah, wakil Tuhan di bumi, di bawah pemerintahan Ottoman.

Selain itu, otoritas negara berasal dari Islam. Namun Ataturk menghapuskan jabatan khalifah dan khalifah terakhir diusir pada 3 Maret 1924. Dia juga menutup semua pengadilan agama dan sekolah, melarang pemakaian jilbab bagi karyawan sektor publik, menghapuskan kementerian hukum qanun dan yayasan Islam, mencabut larangan alkohol, mengadopsi kalender Gregorian mengganti kalender Islam, dan menjadikan Minggu sebagai hari libur alih-alih hari Jumat.

Ia juga mengubah alfabet Turki dari huruf Arab menjadi huruf Romawi. Ataturk juga mengamanatkan bahwa azan harus dalam bahasa Turki daripada bahasa Arab, bahkan melarang pemakaian topi fez.

Pemerintah Mustafa Kemal Ataturk mendukung industrialisasi dan mengadopsi kode hukum baru berdasarkan model Eropa. "Dunia yang beradab jauh di depan kita," kata Ataturk kepada hadirin pada Oktober 1926. "Kita tidak punya pilihan selain mengejar ketinggalan."

Delapan tahun kemudian, pemerintahan Ataturk bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa, meningkatkan tingkat melek huruf dan memberi perempuan hak untuk memilih, meskipun dalam praktiknya pada dasarnya memberlakukan aturan satu partai. Ataturk juga menutup surat kabar oposisi, menindas organisasi pekerja kiri dan menutup setiap upaya otonomi Kurdi.

Ataturk, yang tidak pernah memiliki anak meninggal di kamar tidurnya di Istana Dolmabahce di Istanbul. Ia digantikan oleh İsmet İnönü, perdana menteri selama sebagian besar pemerintahan Ataturk, yang melanjutkan kebijakan sekularisasi dan westernisasi.

Meski Ataturk mempertahankan status ikonik di Turki hingga hari ini. Pada kenyataannya, menghina ingatan tentangnya adalah kejahatan. Islam telah muncul kembali dalam beberapa tahun terakhir sebagai kekuatan sosial dan politik.