Menit-menit Krusial yang Membuat Adolf Hitler Selamat dari Pembunuhan di Munich
Pemimpin Nazi Adolf Hitler (Sumber: Institut NIOD)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 8 November 81 tahun lalu atau pada 1939, pentolan Nazi, Adolf Hitler menghadiri peringatan Beer Hall Putsch --upaya kudeta pertamanya pada 1923--  di Munich. Dalam kesempatan itu ia mengglorifikasi keberhasilan Jerman dalam memulai perang. Satu hal yang tidak Hitler dan petinggi Nazi sadari: ada bom aktif yang dalam hitungan menit akan segera meledak.

Mengutip BBC, Bom waktu telah tertanam tepat di bawah podium tempat Hitler berpidato. Kader Roter Frontkämpferbund (RFB) Johann Georg Elser telah membenamkan bom itu berminggu-minggu di sana.

Elser memang telah menyusun rencana pengeboman itu tahun lalu. Motivasinya untuk melakukan itu muncul setelah mengetahui bahwa Hitler akan memulai perang besar.

Semuanya bermula saat Elser mulai bereksperimen dengan bahan peledak ketika bekerja di perusahaan senjata di dekat kota asalnya, Swabia. Ia kemudian, pindah kerja ke sebuah bar, Buergerbraeuhaus, di Munich, tempat Hitler akan berpidato. Di sinilah informasi berharga ia dapatkan. 

Johann Georg Elser (Sumber: Wikimedia Commons)

Selama lebih dari 30 hari Elser selalu datang terlambat makan malam. Usut punya usut, ia ternyata berusaha melubangi sebuah pilar di dekat panggung untuk menanam bom. Itu semua ia kerjakan secara sembunyi-sembunyi dan dilakukan dengan cermat.

Dalam catatan investigas Gestapo yang dikutip BBC, Elser bilang melakukan itu "saat suara terkecil berdering keras di aula kosong di malam." Sementara Sejarawan Roger Moorhouse dalam bukunya yang bertajuk Killing Hitler, menjelaskan bagaimana prosesnya. 

"Setiap suara penggalian harus diredam. Setiap serbuk kayu yang digergaji dikumpulkan dan dibuang," tulisnya.

Sementara itu Gestapo berasumsi bahwa Elser berafiliasi dengan kelompok yang lebih besar, seperti Inteligen Inggris. Selama beberapa dekade, asumsi itu terus bergulir.

Namun, pada kenyataannya seperti dijelaskan penulis biografi Hitler, Ian Kershaw "Kebenarannya lebih mencengangkan." Elser adalah seorang kelas pekerja biasa yang bertindak tanpa bantuan atau sepengatahuan orang lain. 

Meski punya hubungan singkat dengan kelompok komunis, ia tidak terlalu aktif berpolitik. Elser disebut sebagai orang yang punya rasa keadilan mendalam dan merasa prihatin atas masalah yang dihadapi oleh para pekerja biasa di bawah rezim Hitler.

Selain itu Elser juga khawatir, pasca menganeksasi Austria dan sebagian Cekoslowakia pada 1930-an, Hitler akan memulai sebuah peperangan besar. Oleh karena itu Elser nekat mengeksekusi rencana pembunuhan Hitler. 

Ia tahu bahwa bomnya dapat membunuh banyak orang. "Saya ingin dengan tindakan saya ini dapat mencegah pertumpahan darah yang lebih besar," kata Elser.

Bagaimana Hitler selamat?

Elser yakin bomnya dapat menyingkirkan Hitler. Namun perkiraannya meleset. Seperti dilansir Historia, saat itu, Hitler berencana untuk pulang dari Munich ke Berlin lebih cepat. 

Cuaca buruk saat itu seolah menyelamatkan Hitler dari maut. Hal itu membuatnya harus pulang dengan menempuh jalur darat dengan menggunakan kereta. Itulah yang menyebabkan Hitler harus mempercepat kepulangannya. 

Hal itu membuat Hitler mengubah jadwal kepulangannya. Otomatis, hal itu juga membuat jadwal pidatonya dipersingkat dari dua jam menjadi sejam. Alhasil ia sudah meninggalkan podium pada 21.07, atau 13 menit sebelum bom meledak.

Bom yang dibuat Elser akhirnya meledak pada 21.20 meruntuhkan bangunan tempat Hitler berdiri memberikan pidato. Menurut History, delapan orang tewas akibat peristiwa itu sedangkan 62 lainnya terluka.  

Elser kemudian diciduk di Konstanz, dekat perbatasan Swiss. Nasibnya berakhir di Kamp Konsentrasi Dachau. Pada akhirnya ia dieksekusi pada 9 April 1945. 

Aula Bürgerbräukeller yang hancur terkena bom (Sumber: Wikimedia Commons)