Sejarah Hari Ini, 5 April 1815, Gunung Tambora Meletus: Dicatat Sebagai Erupsi Vulkanik Terbesar yang Pernah Terjadi di Bumi
Gunung Tambora masa kini mempunyai kaldera seluas 8 km persegi akibat sisa letusan dua abad lalu, yang menjadi catatan sejarah hari ini di Indonesia pada 5 April 1815. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 207 tahun yang lalu, 5 April 1815, Gunung Tambora meletus untuk pertama kali. Dampak dari letusan gunung yang berada di Pulau Sumbawa ini maha dahsyat. Bahkan terasa sampai Eropa. Korban yang meninggal dunia bejibun.

Gagal panen di mana, ternak mati, dan cuaca suram menyelimuti Nusantara hingga Eropa. Alih-alih behenti memuntahkan isi bumi, Tambora masih aktif sampai beberapa bulan kemudian. Orang-orang pun menyebutnya sebagai erupsi terbesar yang tercatat dalam sejarah.

Tahun 1815 adalah periode yang paling berat bagi seluruh rakyat di Hindia-Belanda, bahkan Eropa. Letusan dasyat Gunung Tambora jadi muaranya. Namun, letusan itu awalnya sempat dianggap bunyi meriam. Pandangan itu diungkap oleh awak kapal penjelajah milik Perusahaan Hindia-Timur Inggris, Benares. Kebetulan, kapal Benares sedang berlabuh di Makassar.

Tepat tanggal 5 April 1815, para awak kapal mendengar dentuman keras. Mereka pun kalang-kabut dibuatnya. Dentuman itu dianggapnya suara meriam dari gerombolan bajak laut. Awak kapal pun penasaran. Mereka mencoba memeriksa lebih jauh. Nyatanya, tidak ada gerombolan bajak laut sama sekali.

Sisa bangunan yang ditemukan dalam ekskavasi arkeologi di kaki Gunung Tambora. (Dok. Balai Arkeologi Denpasar) 

Tak hanya awak kapal Benares. Seisi Nusantara dibuat bertanya-tanya tentang suara dentuman keras yang hampir terdengar dalam radius 1.000 kilometer. Apalagi setelah dentuman cuaca kelabu menutupi langit Nusantara. Baru beberapa hari setelah, orang-orang mengetahui bahwa dentuman itu bukanlah sebuah suara meriam musuh. Dentuman itu berasal dari letusan Gunung Tambora.    

“Tambora mengeluarkan letusan pertama pada sore 5 April 1815. Orang-orang di daerah dekat sana melaporkan mendengar dentuman keras, yang mereka anggap bunyi meriam ditembakkan. Lima hari kemudian, gunung itu mengeluarkan semburan asap dan lava yang mencapai tinggi empat puluh kilometer. Sepuluh ribu orang tewas dalam waktu singkat-terbakar sampai jadi abu oleh awan batu leleh dan uap panas yang menuruni lereng.”

“Seseorang yang selamat melaporkan melihat api cair, menyebar ke segala arah. Banyak sekali debu terlontar ke udara sehingga katanya siang berubah gelap seperti malam. Menurut seorang kapten kapal Britania yang kapalnya dijangkarkan empat ratus kilometer di utara Tambora, tangan sendiri sampai tidak kelihatan. Tanaman di Sumbawa dan pulau tetangga, Lombok, terkubur abu, sehingga puluhan ribu orang mati kelaparan sesudahnya,” ungkap Elizabeth Kolbert dalam buku Di Bawah Langit Putih: Hakikat Masa Depan (2021).

Dampak Letusan

Lentusan itu membuat kawasan sekitar Pulau Sumbawa terkena imbasnya. Kemiskinan adalah penyakit utama yang paling mengintai. Kisah-kisah orang-orang kehilangan rumah dan mata pencaharian adalah hal biasa setelah letusan Tambora.

Letusan itu pun tak cuma menyisahkan tangis belaka, tapi turut serta membawa wabah penyakit dan kelaparan. Nasib tiap orang menjadi tak menentu. Alias tiap orang di pulau paling dekat dari letusan tak mampu meramal mereka akan mampu bertahan berapa lama.

Total korban yang meninggal dunia, baik terkena letusan atau setelah letusan pun mencapai 100 ribu orang. Sedang mereka yang merugi bisa mencapai jutaan orang. Bahkan hingga Eropa.

Kaldera Gunung Tambora sebagai sisa latusan dahsyat pada 5 April 1815. (Dok. Balai Taman Nasional Gunung Tambora)

“Tapi efek letusan Tambora menjangkau lebih jauh. Di Jawa Timur, sapi mati dan tanaman hancur dan di mana-mana atap runtuh di bawah beratnya abu. Tetapi yang paling menderita adalah pulau-pulau yang terletak di bawah jalur terbang langsung abu – Lombok dan Bali. Semua sawah rusak, dan pada tahun-tahun sesudahnya, kelaparan menewaskan ribuan orang.”

“Mungkin setengah penduduk Lombok meninggal karena kelaparan dan penyakit, dan di Bali juga korban berjatuhan dalam jumlah besar. Tiga tahun kemudian, para pengunjung masih melaporkan mayat terbaring terlantar di pantai dengan tidak ada seorang pun yang tersisa untuk mengadakan bahkan upacara kremasi yang paling sederhana. Di Indonesia, total sejumlah sekitara 100 ribu orang tewas akibat letusan Tambora dan dampak pascaletusan,” tutup Tim Hannigan dalam buku Raffles dan Invasi Inggris Ke Jawa (2016).

Itulah catatan peristiwa sejarah hari ini di Indonesia, 5 April 1815.