Sejarah 26 Februari 2001, Kejahatan Arkeologi Tak Termaafkan yang Dilakukan Taliban: Penghancuran Patung Buddha Lembah Bamiyan, Afghanistan
Patung Buddha Bamiyan di Lembah Bamiyan, Afghanistan berdasar foto tahun 1973. Patung tersebut kini sudah dihancurkan oleh Taliban, yang disebut sebagai kejahatan arkeologitak termaafkan. (Foto: DDP/Deutsche Welle)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 21 tahun yang lalu, atau tepatnya 26 Februari 2001, dua buah patung Buddha raksasa di Lembah Bamiyan, Afghanistan hancur tak bersisa. Taliban ada di baliknya. Penghancuran itu dilakukan karena Taliban menganggap patung Buddha sebagai biang kemusyrikan.

Padahal patung yang menurut penanggalan karbon sudah ada sekitar abad 5 M itu adalah sumber utama pariwisata di Afghanistan. Dunia pun mengecam Taliban. Bahkan negara Islam seperti Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab tak luput menyampaikan kecaman.

Patung-patung Buddha di Lembah Bamiyan, pertama kali disebutkan dalam catatan seorang peziarah China pada tahun 400 M. Patung-patung tersebut menjadi bukti kehadiran peradaban Buddha di jantung wilayah Hindu Kush.

Panorama Lembah Bamiyan, tempat patung-patung Buddha Bamiyan berada. (Foto: Wikipedia)

Patung Buddha di Lembah Bamiyan diukir dengan susah payah di tebing batu kapur. Dari dua buah patung tersebut, yang besar berada di sisi barat. Bertinggi 55 meter dan dikenal sebagai Salsal, yang berarti “cahaya bersinar melalui alam semesta”. Sementara yang lebih kecil di sisi timur bertinggi 38 meter dan disebut Shamama, atau “ Ibu Ratu”.

Seorang warga Bamiyan bernama Ghulam Sakhi pernah berkata kepada AFP, bahwa dia sangat menyesali penghancuran patung-patung tersebut. Sakhi mengaku diculik dari pasar bersama beberapa temannya, khusus untuk membantu pembersihan puing-puing patung Buddha Bamiyan.

“Ini seperti mimpi buruk yang susah dilupakan. Saya harus melakukan itu karena hanya terpikir cara agar tetap hidup. Sebelum dihancurkan, turis-turis asing banyak yang datang untuk mengagumi patung-patung Buddha Bamiyan,” kata Sakhi, dalam artikel yang dimuat Deustche Welle pada 9 Maret 2021.

Dihancurkan Pakai Roket dan Tank

Tanpa perasaan bersalah, Taliban dengan bangga menceritakan cara penghancuran patung-patung Buddha Bamiyan.

“Pasukan kami bekerja sangat keras. Mereka menggunakan segala persenjataan yang ada untuk menghancurkan patung-patung itu,” ujar juru bicara Taliban dalam pernyataan resmi yang dikutip AP.

Tembakan roket dan peluru tank digunakan untuk menghancurkan situs arkeologi yang sangat berharga di Afghanistan itu. Peledakkan dengan dinamit menjadi langkah pamungkas untuk mengakhiri proses penghancuran patung-patung Buddha Bamiyan.

Taliban resmi mengumumkan penghancuran patung-patung Buddha Bamiyan pada 14 Maret 2021. Saat itu peninggalan arkeologis tersebut sudah tidak bersisa sama sekali, kecuali gua-gua sebagai termpat patung bernaung.

Sisa-sisa gua tempat Patung Budha Bamiyan pernah berdiri. (Foto: Wikimedia Commons)

United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) melalui Dirjennya, Irina Bukova pada 25 Februari 2011 mengeluarkan pernyataan resmi tentang kesalahan mereka berkaitan dengan tragedi penghancuran patung-patung Buddha Bamiyan, yang merupakan salah satu warisan budaya dunia.

"Sepuluh tahun lalu, kami dan seluruh dunia hanya bisa melihat tanpa daya ketika Pemimpin Taliban, Mullah Mohammed Omar memerintahkan tank dan artileri berat menghancurkan patung yang diukir di sisi tebing berukuran besar," kata Buova.

"Itu adalah contoh bahwa warisan budaya dapat menjadi mangsa konflik, gejolak politik, dan segala macam penyelewengan. Sejak itu kami menyerukan kepada pemerintah, pendidik, dan media untuk meningkatkan kesadaran akan berbagai kesepakatan internasional yang melestarikan kekayaan budaya dan melarang penjarahan, penyelundupan, serta perdagangan gelap benda-benda budaya.

Riwayat kelompok Taliban sebagai penguasa Afghanistan berdiri akibat kekacauan politik ketika Uni Soviet angkat kaki dari Afghanistan pada 1989. Pun kelompok fundamentalis Islam ini besar berkat sokongan dana Amerika Serikat (AS). Kini pertempuran terjadi antara Taliban dan AS.

Di awal kemunculannya, kelompok yang dibesarkan oleh Mullah Mohammed Omar dianggap sebagai juru selamat. Realitanya, rezim Taliban atau Mujahidin sama saja. Mereka fundamentalis, brutal, dan anti-perempuan.

Pada fase awal pemerintahan Taliban (1996 hingga 2001) itulah Afghanistan menjadi satu-satunya negara Islam yang menerapkan hukum-hukum Islam. Hukum Islam yang ia terapkan itu membuat Taliban banyak melarang hal-hal yang bertentangan dengan agama, terutama hal-hal yang menurut mereka minim manfaat, banyak mudaratnya.

Taliban menghancurkan patung-patung dan stupa-stupa Buddha tempat kami bermain. Peninggalan sejarah yang telah ada selama ribuan tahun dan menjadi bagian dari sejarah kami semenjak masa raja-raja Kushan. Menurut mereka, semua patung atau lukisan itu haram, dosa, dan karenanya dilarang,” tutup  Malala Yousafzai dalam buku I am Malala (2014).