Sejarah Hari Ini, 25 Februari 1946: Belanda Bebaskan Tahanan Politik dari Penjara Salemba Jakarta
Suasana pembebasan tahanan politik di Penjara Salemba oleh Belanda pada 25 Februari 1946. (Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 76 tahun yang lalu, atau tepatnya 25 Februari 1946, Belanda membebaskan tahanan politik dari Huis van Bewaring Struiswijk, kini Penjara Selemba Jakarta. Pembebasan itu dilakukan karena beberapa tahanan tak terbukti bersalah. Sebelumnya, Belanda dengan bendera Netherlands Indies Civil Administration (NICA) ingin mengusai Indonesia kali kedua. Mereka yang dianggap membahayakan eksistensi NICA ditangkapnya. Tujuannya untuk melobi mereka supaya berpihak pada Belanda.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dianggap sepi oleh Belanda. Malahan proklamasi dianggap laksana jalan untuk menjajah Nusantara kali kedua. Belanda pun bersiasat. Teror jadi ajian utamanya. Karenanya, pendaratan pasukan dengan panji Netherland Indies Civil Administration (NICA) secara masif dilakukan.

Pembebasan tahanan politik oleh Belanda di Penjara Salemba, Jakarta pada 25 Februari 1946. (Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia)

Kedatangan pasukan NICA turut pula membonceng tentara sekutu, Inggris. Tindakan Belanda laksana bukti mereka memiliki keinginan untuk menggulingkan dan mengembalikan Indonesia ke status negara jajahan.

Semenjak itu suasana Jakarta jadi mencekam. Kaum bumiputra enggan melewati pos-pos serdadu NICA. Sebab, bersalah atau tidak, penjara dan penyiksaaan jadi hal pasti yang didapat. Apalagi serdadu NICA sering mempertontonkan kekejamannya di muka umum.

Suasana Penjara Salemba Jakarta saat para tahanan politik Indonesia dibebaskan oleh Belanda. (Foto: Arsip Nasional Republik Indonesia)

Tak hanya itu, Nica juga menyasar pejuang kemerdekaan dari kalangan pemuda. Mereka diincar dan dibawa ke penjara. Cara itu dilakukan supaya Belanda dapat melobi kaum muda. Supaya berpihak kepada Belanda, pikirnya.

“Di samping tindakan kekerasan NICA menjalankan kasak-kusuk politik untuk memikat hati orang-orang Indonesia, supaya memihak kepada Belanda. Van Der Plas giat mengadakan kontak dengan orang-orang Indonesia yang ikut dalam gerakan di bawah tanah Belanda menentang Jepang seperti Binnenlands Bestuur (pejabat Belanda), Pangreh Praja (PNS era kolonial), dan dari kalangan Politieke Inlichtingen Dienst (Dinas Intelejen Politik),” tutup Rosihan Anwar dalam buku Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 7 (2015).

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.