Peristiwa Pengeboman Istana Buckingham oleh Jerman dalam Ingatan Ratu Elizabeth
Dampak bom di halaman Istana Buckingham, Inggris (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Lutut Ratu Elizabeth bergetar sesaat setelah kediamannya, Istana Buckingham, Inggris dibom Angkatan Udara Jerman, Luftwaffe. Peristiwa yang terjadi tepat hari ini, 13 September 80 tahun lalu atau pada 1940 tersebut berlalu seperti kilat.

"Lutut saya sedikit gemetar selama satu atau dua menit setelah ledakan," tulis Ratu Elizabeth dalam sebuah surat yang menceritakan peristiwa itu seperti dikutip The Guardian. "Itu semua terjadi begitu cepat sehingga kami hanya punya waktu untuk saling memandang ketika desingan itu terdengar, dan kemudian bom meledak dengan daya hancur yang luar biasa di quadrangle." 

Surat itu dikirim kepada mertuanya, Ratu Mary beberapa jam setelah Ratu Elizabeth dan Raja George VI selamat dari serangan tersebut. Surat itu baru dipublis ke khalayak setelah beberapa lama peristiwa terjadi.

Getaran pada lutut Ratu Elizabeth mereda setelah melihat para pelayannya merawat beberapa orang yang terluka saat bom menghantam atap gedung dan memecahkan kaca. Bangunan yang dihantam bom tampak hancur lebur kecuali beberapa benda-benda kecil, foto-foto, dan tempat tidur.

Tekanan Jerman

Perang Dunia Kedua yang berlangsung dari 1939 hingga 1945, merupakan konflik yang memengaruhi jutaan orang Inggris termasuk keluarga kerajaan. Selama peperangan, Raja George VI dan Ratu Elizabeth berusaha untuk meningkatkan semangat moral rakyat dan tak jarang mengunjungi daerah yang dibom musuh.

Peristiwa pengeboman Istana Buckingham Inggris, akan diingat sebagai hari di mana Luftwaffe, hampir mengangkat trofi tertingginya: menghabisi nyawa Raja George VI. Namun meski Raja dan Ratu sedang berada di kediamannya, dewi fortuna nampaknya masih berpihak kepada Inggris.  

Menurut laporan surat kabar pada saat kejadian yang dikutip Independent, ancaman bom memang telah menghantui kawasan Istana Buckingham. Sebelumnya, pada 8 September 1940, sebuah bom seberat 50 kg jatuh di halaman Buckingham, namun tak meledak. Bom itu kemudian berhasil dihancurkan.

Namun pada lima hari kemudian, Luftwaffe berhasil menjatuhkan lima bom di kediaman Ratu Elizabeth tersebut. Dua di antaranya meledak di quadrangle --kawasan kediaman ratu dan raja Inggris.

Sementara itu bom ketiga menghantam Kapel Kerajaan di bagian selatan dan bom keempat dijatuhkan di halaman depan. Sedangkan bom terakhir jatuh di dekat Monumen Ratu Victoria.

Dari serangan tersebut, setidaknya tiga pekerja istana terluka. Untungnya tak ada anggota kerajaan yang mengalami luka berarti akibat peristiwa tersebut.

Mempertahankan moral 

Raja George VI dan Ratu Elizabeth (Sumber: Wikimedia Commons)

Setelah pengeboman terjadi, pihak kerajaan menolak saran Kementerian Luar Negeri untuk mengevakuasi diri. Hal itu mereka lakukan untuk tetap menjaga runtuhnya moral rakyat Britania Raya. 

"Anak-anak tidak akan pergi kecuali aku pergi, aku tidak akan pergi kecuali ayah mereka pergi, dan raja tidak akan meninggalkan negara dalam keadaan apapun," kata Ratu Elizabeth.

Pengeboman istana membuat Ratu Elizabeth mengucapkan salah satu komentarnya yang paling terkenal, "Saya senang kita telah dibom. Sekarang kita bisa melihat bagian East End London dari depan," katanya.

Ratu Elizabeth mengakui peristiwa tersebut benar-benar membuatnya semakin menyadari betapa mengerikannya sebuah ancaman serangan bom yang bisa datang kapan saja. "Orang tidak dapat membayangkan bahwa hidup bisa menjadi begitu mengerikan. Namun pada akhirnya kita harus menang," kata Ratu Elizabeth.