Sejarah Hari Ini: Berawal dari Obrolan Fadli-Hashim, Partai Gerindra Lahir 6 Februari 2008
Prabowo Subianto. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 14 tahun yang lalu, atau tepatnya 6 Februari 2008, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) lahir. Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo adalah dua intelektual di baliknya. Partai ini lahir dari keprihatinan mereka terhadap kesejahteraan rakyat yang kian hari menurun. Sebagai siasat memenangkan hati masyarakat, Gerindra pun menjadikan sosok Prabowo Subianto jadi ikonnya.

Melansir laman Partai Gerindra, rencana mendirikan partai muncul dalam sebuah obrolan panjang antara Fadli dan Hashim dalam perjalananan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Peristiwa itu terjadi pada November 2007.

Logo Partai Gerindra. (Foto: Dok. Partai Gerindra)

Pembicaraan keduanya tak jauh dari politik yang mulai jauh dari nilai-nilai demokrasi. Sistem demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang tak bertanggungnya jawab, kenang keduanya. Sebab, rakyat hanya dijadikan alat kekuasaan. Tak lebih.

Kondisi itu harus diakhiri dengan segera. Keduanya geram bukan main. Karenanya, untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya, partai baru pun digagas. Hashim yang bertindak mencari nama. Kemudian Prabowo yang menggagas lambang kepala burung garuda.

Prebowo bersama Presiden Jokowi. (Foto: Wikimedia Commons)

Setelahnya, Gerindra berdiri pada 6 Februari 2008. Prabowo dipilih sebagai ikon. Keputusan itu dibuat agar perolehan suara Gerindra dapat bersaing dengan partai-partai besar lainnya.

“Kendaraan anyar Prabowo adalah Partai Gerakan Indonesia Raya alias Gerindra. Platformnya cocok dengan pandangan saya, yaitu ekonomi kerakyatan. Sekarang kita kok lebih kapitalis daripada negara kapitalis, katanya. Dengan Partai Gerindra, Prabowo merasa bisa lebih optimal memperjuangkan ekonomi-kerakyatan karena platformnya yang sangat dekat.”

“Namun bila menilik hubungan Prabowo dengan Gerindra, keduanya seperti bersifat simbiosis mutualistik. Lihat saja Prabowo membutuhkan Gerindra sebagai kendaraan politik lantaran Partai Golkar tak mungkin mewadahinya. Sebaliknya Prabowo juga dibutuhkan oleh Partai Gerindra untuk ikon partai dan sebagai mesin penyedot suara,” tuls Femi Adi Soempono dalam buku Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana (2009).  

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.