Bagikan:

JAKARTA - Operasi Eutanasia Nazi atau Aksi T4 merupakan pembantaian terselubung yang dilakukan Pemerintahan Adolf Hitler terhadap penyandang disabilitas yang dirawat di rumah sakit Jerman. Program ini menurut ahli eugenika bermaksud untuk menyingkirkan "nyawa yang tidak pantas hidup" karena menjadi beban genetik dan finansial bagi masyarakat dan negara Jerman. 

Eutanasia atau suntik mati adalah praktik pencabutan kehidupan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau rasa sakit minimal. Hal itu sesuai dengan namanya yang diambil dari bahasa Yunani yakni eu berarti tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati. 

Meski begitu aturan hukum mengenai praktik ini masih menjadi kontroversi. Di beberapa negara, eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar hukum.

Pada era Nazi Jerman, praktik Eutanasia ini diduga menjadi cara terselubung Pemerintahan Hitler untuk "membersihkan" ras mereka dari penyandang disabilitas mental dan fisik karena dianggap menjadi beban negara. Operasi Eutanasia yang tergolong rahasia ini disebut juga dengan "T4". Nama kode yang berasal dari alamat jalan kantor koordinasi program tersebut di Berlin: Tiergartenstrasse 4.

Permulaan Eutanasia Nazi 

Pada 1939, sejumlah elit Nazi seperti Direktur Kantor Kanselir Pribadi Hitler Philipp Bouhler dan Karl Brandt dokter utama Hitler mulai menyiapkan operasi pembantaian rahasia tersebut. Mulanya mereka menyasar anak-anak penyandang disabilitas.

Dokter Nazi, Karl Brandt (Sumber: Instytut Pamieci Narodowej)

Tepat pada hari ini, 18 Agustus delapan dekade lalu atau pada 1939, rencana tersebut dimulai. Mengutip laman United States Holocaust Memorial Museum, Kementerian Dalam Negeri Reich mengedarkan dekrit yang mewajibkan semua dokter, perawat dan bidan untuk melaporkan jika ada bayi di bawah tiga tahun yang menunjukkan tanda-tanda disabilitas mental atau fisik yang parah. 

Dua bulan kemudian, otoritas kesehatan masyarakat mulai mendorong orang tua dari anak-anak penyandang disabilitas untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke sejumlah klinik yang ditunjuk secara khusus di Jerman dan Austria. Usut punya usut, berbagai klinik itu menjadi tempat eksekusi pemerintahan Hitler. 

Di klinik tersebut staf medis yang direkrut secara khusus, membantai pasien kecil mereka menggunakan obat dosis tinggi atau membiarkan mereka kelaparan. Mulanya, operasi khusus itu hanya menyasar balita dan anak-anak, namun cakupannya meluas sampai remaja hingga usia 17 tahun. Perkiraan sederhana menunjukkan setidaknya 5.000 anak tewas akibat program eutanasia ini. 

Untuk melindungi dokter, staf medis dan administrasi dari jeratan hukum pada 1939, Pemimpin Jerman Adolf Hitler menandatangani sebuah surat pengesahan rahasia. Pengesahan ini menggunakan tanggal mundur, yaitu 1 September 1939 untuk mengesankan bahwa upaya tersebut berkaitan dengan tindakan masa perang.

Kamar gas

Salah satu metode tindakan "eutanasia" kepada para disabilitas yakni dengan menggunakan kamar gas. Di bawah kepemimpinan Bouhler dan Brandt, pekerja T4 mendirikan enam instalasi kamar gas untuk orang dewasa. Masing-masing terletak di Brandenburg, Grafeneck, Bernburg, Sonnenstein, Hartheim, dan Hadamar. 

Pada awal 1940-an usai pendataan pasien disabilitas, hal mengerikan pun dimulai. Mereka diangkut menggunakan bus atau kereta ke salah satu pusat instalasi kamar gas. Setelah beberapa jam datang, mereka kemudian dibinasakan di kamar gas. 

Tempat itu disamarkan sebagai ruang mandi. Padahal di dalamnya berisi gas karbon monoksida murni yang mematikan.

Lalu petugas T4 membakar mayat di krematorium yang berada di samping kamar gas. Sementara pekerja lain mengambil abu korban dan memasukannya ke guci untuk dikirim ke keluarga korban. Keluarga menerima guci tersebut beserta akta kematian dan dokumen fiktif mengenai penyebab kematian. Dokumen fiktif itu menyebut korban meninggal secara alamiah.

Daftar kematian di Kamar Gas Hadamar (Sumber: National Archives and Records Administration, College Park, MD)

Karena program ini bersifat rahasia, perencana dan petugas T-4 melakukan langkah yang saksama untuk menutupi desainnya yang mematikan. Meskipun dokter dan administrator lembaga memalsukan catatan resmi dalam setiap kasus tapi program "eutanasia" dengan cepat terendus publik.

Mengetahui hal itu, publik pun mulai melakukan protes besar-besaran. Dan akhirnya Hitler memerintahkan penghentian Program Eutanasia pada akhir Agustus 1941. Kendati demikian, ada dugaan Hitler tetap melanjutkan operasi tersebut dengan lebih hati-hati hingga hari-hari terakhir Perang Dunia II. 

Berdasarkan perhitungan internal T4 sendiri, upaya "eutanasia" memakan korban jiwa sebanyak 70.273. Mereka terdiri dari penyandang disabilitas mental dan fisik yang tercatat di enam kamar gas antara bulan Januari 1940 dan Agustus 1941.