Munculnya Perasaan Takut Diabaikan, Ternyata Berkaitan dengan Relasi Masa Lalu
Ilustrasi perasaan takut diabaikan (Unsplash/Arif Riyanto)

Bagikan:

JAKARTA – Rasa takut yang mencemaskan cukup mengganggu. Terutama ketika berhubungan dengan perasaan takut diabaikan, ditinggalkan, dan sendirian. Menurut ahli, perasaan ini muncul bukan tanpa muasal.

Menurut Darlene Lancer, JD., LMFT., terapis pernikahan dan keluarga yang berlisensi, pengabaian bukan hanya diabaikan secara fisik. Hilangnya kedekatan fisik karena kematian, perpisahan, perceraian, dan penyakit juga merupakan pengabaian emosional.

Tulis Lancer dilansir Psychology Today, Kamis, 14 Oktober, perasaan diabaikan muncul ketika kebutuhan kita dalam hubungan tidak terpenuhi, termasuk kebutuhan dalam hubungan kita dengan diri kita sendiri. Kebutuhan emosional mencakup kebutuhan untuk cinta, persahabatan, kasih sayang, didengarkan dan dipahami, dihargai, dihormati, dan difasilitasi.

Untuk mendapatkan kebutuhan emosional tersebut, kita tidak hanya perlu tahu siapa yang bisa memberikannya. Tetapi, lanjut Lancer, kita harus menghargai mereka dan melakukan rutinitas untuk membangun keintiman emosional.

Kurang terpenuhinya kebutuhan emosional bisa dialami ketika terjadi konflik besar, pelecehan, dan perselingkuhan. Lancer menerangkan bahwa penyebab seseorang merasa diabaikan berkaitan dengan pengalaman masa kecil mereka. Mereka mungkin meniru relasi dengan salah satu atau kedua orang tua mereka.

Joyce Catlett, salah satu penulis Compassionate Child Rearing mengatakan bahwa seseorang yang sering merasa takut diabaikan sangat bergantung pada pasangan mereka untuk memvalidasi harga diri mereka. Karena tumbuh dalam relasi yang tidak aman dengan orang tuanya sehingga lebih sensitif terhadap penolakan.

“Mereka mengantisipasi penolakan atau pengabaian dan mencari tanda-tanda bahwa pasangan mereka kehilangan minat,” ungkap Catlett dilansir PsychAlive.

Catlett menggambarkan bagaimana beberapa roang yang takut ditinggalkan. Mereka berperilaku dengan cara menghukum, kesal, dan marah ketika pasangan mereka tidak memberi mereka perhatian serta kepastian yang mereka butuhkan untuk merasa aman.  

“Mereka sering percaya bahwa jika mereka tidak mengekspresikan kecemasan dan kemarahan mereka secara dramtis, kecil kemungkinan orang lain akan merespons mereka,” lanjut Catlett.

Beberapa kasus terjadi sebaliknya, seseorang dengan rasa takut ditinggalkan akan menyimpan perasaan tersebut. Hingga menumpuk dan meluapkan emosi yang lebih kuat. Kedua gambaran perilaku tersebut dipicu berdasarkan peristiwa dari masa lalu mereka. Maka, saran Catlett, menyelesaikan emosi adalah kunci untuk merasa lebih kuat dalam diri mereka sendiri dan membangun hubungan yang lebih sehat.

Senada dengan Catlett, Lancer menyarankan cara untuk memutus siklus rasa takut diabaikan dengan mulai mencintai diri kita sendiri dalam segala hal.