Bagikan:

JAKARTA - Kecemasan pada dasarnya dikategorikan sebagai emosi. Namun, kecemasan dapat dilihat sebagai pengalaman emosional dan mental, karena melibatkan interaksi kompleks antara pikiran, perasaan, dan perilaku.

Gejala mental dan emosional kecemasan sering kali berinteraksi secara berulang, yang memperburuk satu sama lain. Misal, seseorang yang mengalami gejala mental seperti rumination atau pikiran berkecamuk akan mulai merasa kewalahan secara emosional. Hal ini menyebabkan meningkatnya perasaan takut atau khawatir.

Respons emosional ini kemudian semakin mengintensifkan gejala mental, yang menyebabkan meningkatnya rumination dan kekhawatiran. Siklus ini dapat berlanjut, dengan setiap rangkaian gejala memperkuat yang lain, sehingga menciptakan lingkaran kecemasan yang meningkat.

Sebuah studi tahun 2022, disadur dari Psych Central, Kamis, 5 September,  meneliti bagaimana individu mengalami dan memahami rumination dan kekhawatiran, yang merupakan ciri-ciri utama depresi dan gangguan kecemasan. Melalui survei daring, peserta ditanyai tentang definisi, pemicu, frekuensi, durasi, dan strategi penanganan terkait rumnation dan kekhawatiran.

Studi tersebut menemukan bahwa individu sering merasa khawatir tentang:

  • hubungan pribadi
  • kesalahan masa lalu
  • pengalaman negatif
  • interaksi sosial

Situasi sosial dan peristiwa negatif merupakan pemicu paling umum. Meski distraksi merupakan strategi penanganan umum, banyak peserta berjuang menghentikan pikiran berkecamuk serta rasa khawatir.

Hal ini menunjukkan bagaimana aspek emosional dan mental kecemasan bekerja secara siklus. Dimana masing-masing saling memengaruhi dan memperlambat rasa cemas.

Apa perbedaan antara kecemasan mental dan emosional?

Kecemasan mental dan kecemasan emosional berkaitan erat tetapi dapat dibedakan berdasarkan fokus dan sifatnya. Kecemasan emosional ditandai oleh perasaan tidak nyaman, khawatir, atau takut. Kecemasan ini sering kali lebih langsung dan terkait dengan situasi atau pemicu tertentu, seperti takut berbicara di depan umum atau kecemasan saat tampil.

Di sisi lain, kecemasan mental melibatkan lebih banyak aspek kognitif, seperti pikiran yang tak terkendali, terlalu banyak berpikir, dan kekhawatiran berlebihan tentang masa depan. Kecemasan ini dapat bersifat lebih umum dan kurang terkait dengan pemicu tertentu.

Apa perbedaan antara rasa takut dan kecemasan?

Ketakutan sering kali digambarkan sebagai respons terhadap ancaman langsung, sementara kecemasan lebih tentang antisipasi ancaman di masa depan atau bahaya yang dirasakan. Ketakutan merupakan respons naluriah alami yang dapat bermanfaat dalam situasi tertentu, sementara kecemasan lebih persisten dan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Namun, penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa membedakan antara rasa takut dan kecemasan di otak lebih rumit daripada yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian pada hewan menunjukkan perbedaan area otak untuk rasa takut dan kecemasan. Sedangkan penelitian pada manusia menggambarkan gambaran lebih kompleks.

Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk benar-benar memahami cara kerja rasa takut dan kecemasan di otak manusia.

Kesimpulannya kecemasan terwujud dalam berbagai cara, memengaruhi pikiran, emosi, dan sensasi fisik. Tidak seperti rasa takut, yang merupakan respons terhadap bahaya langsung, kecemasan yaitu perasaan tidak nyaman yang lebih umum tentang ketidakpastian di masa depan.

Meski kecemasan biasanya dianggap sebagai emosi, kecemasan juga mencakup pengalaman mental. Ini karena kecemasan melibatkan interaksi kompleks antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Memahami kompleksitas kecemasan dapat menghasilkan strategi efektif mengelola dan mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari.