JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan tujuh resolusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahun 2025 memberikan harapan baru dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dunia.
"WHO menetapkan sedikitnya tujuh target utama yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025, terdiri dari empat sasaran spesifik dan tiga prioritas kesehatan global," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya seperti dikutip ANTARA.
Ia menjelaskan, sasaran pertama adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan bagi tambahan 1,5 miliar penduduk dunia pada tahun 2025. "Ini adalah target yang sangat mulia dan penting untuk diwujudkan, termasuk di negara kita," tambahnya.
Sasaran kedua, WHO memproyeksikan adanya tambahan 585 juta orang yang dapat memperoleh layanan kesehatan esensial pada tahun ini. Layanan esensial tersebut memastikan akses kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. "Hal ini sangat relevan bagi Indonesia," ujar Prof. Tjandra.
Target ketiga adalah perlindungan terhadap 776,9 juta orang dari kegawatdaruratan kesehatan seperti wabah besar dan pandemi. Untuk mewujudkan hal ini, WHO berupaya menyelesaikan kesepakatan global terkait pengendalian pandemi, atau yang dikenal sebagai Pandemic Agreement, guna melindungi dunia dari ancaman pandemi di masa depan.
Prof. Tjandra, yang pernah menjadi anggota Delegasi Indonesia dalam pembahasan Pandemic Agreement, menyebut bahwa hingga akhir 2024, kesepakatan tersebut belum tercapai akibat proses negosiasi yang masih berlangsung dengan intens. "Sayangnya, perundingan antarnegara anggota WHO masih sangat alot," ungkapnya.
Sasaran keempat adalah mengurangi prevalensi stunting pada balita hingga 40 persen di seluruh dunia pada tahun 2025. Prof. Tjandra juga mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk bekerja sama dalam menurunkan angka stunting secara signifikan di dalam negeri.
BACA JUGA:
Selain empat sasaran tersebut, WHO juga menetapkan tiga prioritas kesehatan utama untuk tahun 2025. Prioritas pertama adalah mendorong investasi multisektoral dalam pengendalian penyakit tidak menular (PTM) dan peningkatan kesehatan jiwa.
Prioritas kedua adalah mengintegrasikan pengendalian dan respons terhadap PTM serta kesehatan jiwa ke dalam sistem pendanaan publik.
Prioritas ketiga mencakup percepatan program untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC), yang bertujuan memberikan perlindungan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh penduduk dunia.
"Ketujuh langkah ini menjadi peta jalan penting untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik di tingkat global, termasuk di Indonesia," tutup Prof. Tjandra.