Alasan Kenapa Sebaiknya Anda Tidak Keseringan Minta Maaf
Ilustrasi Permintaan Maaf (Suzy Hazelwood/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Sudah jadi kewajiban moral untuk meminta maaf bila melakukan kesalahan. Namun, banyak juga yang sering mengucap kata maaf pada hal-hal yang sebenarnya bukan berupa kesalahan. Ada pula orang yang menganggap permintaan maaf jadi kebiasaan. Tapi tahukah Anda kalau terlalu sering minta maaf itu sebenarnya kurang baik? Berikut penjelasannya: 

Anda akan diremehkan 

Tidak membuat salah tapi kerap kali minta maaf. Ini akan membuat Anda dicap sebagai pribadi yang tidak percaya diri, ceroboh, kaku, dan tidak berani mengemukakan pendapat. Orang lain bisa saja jadi tidak menghargai dan meremehkan Anda karena Anda terus-terusan minta maaf. 

Sebaiknya belajarlah berkomunikasi dengan lebih baik agar Anda bisa lebih berani angkat suara bila memang tidak bersalah. Kalaupun ada salah paham, alangkah lebih baik jika dibicarakan agar orang lain pun memahami perspektif, bukan langsung minta maaf yang jadi tak berarti. 

Anda kurang dipercaya

Tujuan dari minta maaf sebenarnya baik, yaitu Anda mengakui kesalahan, meminta dibukakan pintu maaf, lalu berjanji untuk tidak mengulang hal yang sama dengan memperbaiki kesalahan. Tapi, kalau terus-terusan minta maaf, orang jadi tidak percaya pada kata-kata Anda, apakah Anda benar-benar minta maaf dengan tulus atau hanya formalitas?

Misalnya dalam pekerjaan Anda terlambat datang ke rapat penting atau tidak memahami dengan benar apa yang harus dikerjakan, atau ada kesalahan dalam pekerjaan. Wajar jika Anda minta maaf karena memang salah dan berusaha untuk tampil lebih baik ke depannya. Tapi kalau Anda masih seperti itu, dalam artian mengulang hal yang sama lalu berujung minta maaf, wajar rasanya bila orang lain jadi kehilangan kepercayaan karena Anda.

Dipandang sebagai orang yang menyebalkan

Mungkin awalnya Anda berpikir orang akan respek jika Anda minta maaf. Bila sesuai tujuan, memang betul orang akan menaruh rasa hormat. Namun, jika kata-kata minta maaf diucapkan berulang setiap saat, Anda malah dianggap menyebalkan.

Misalnya dalam hubungan asmara, pasangan sangat tidak suka jika Anda terlambat saat sudah ada janji bertemu. Bisa juga Anda melakukan hal-hal yang menyebalkan dan jelas-jelas mengetahui kalau hal itu tidak disukai pasangan. Namun, Anda terus melakukannya dan juga selalu minta maaf. 

Pada konteks ini, Anda minta maaf karena memang bersalah. Namun, Anda  juga tidak belajar dan memperbaiki kesalahan tersebut dan malah mengulanginya lagi. Permintaan maaf di sini hanya jadi formalitas dan kurang berarti bagi orang yang menerimanya.