JAKARTA - Memasuki musim dingin, film Red One hadir sebagai film yang memiliki cerita yang berkaitan dengan Natal. Jika cerita Natal identik dengan keluarga dan liburan, kali ini Red One menggali cerita lain dari sosok Santa Claus.
Belakangan, film bertema Natal lebih menyorot sisi lain atau menjauhkan diri dari energi Natal yang positif dan kemeriahan. Film yang disutradarai Jake Kasdan ini menghadirkan sederet bintang Hollywood di antaranya Chris Evans, Dwayne Johnson, Lucy Liu, J.K. Simmons, Kiernan Shipka, dan masih banyak lainnya.
Film Red One menceritakan Santa Claus (J.K. Simmons) yang menjadi figur populer di dunia dan media sosial. Setiap tahunnya, Santa Claus bersama tim mempersiapkan hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak di seluruh dunia.
Namun, mereka melihat daftar anak nakal tahun ini lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Suatu hari, Santa Claus tiba-tiba diculik, 24 jam sebelum mereka memberi hadiah di Malam Natal.
Asisten Santa Claus, Callum Drift (Dwayne Johnson) mencari bantuan hingga ia bertemu dengan Jack O’Malley (Chris Evans), seorang pemburu bayaran untuk mencari Santa Claus dan oknum yang menculik Santa Claus.
Di sisi lain, Jack O’Malley juga mengalami kesulitan lantaran memiliki hubungan yang buruk dengan anaknya dan pasangannya.
Red One dengan latar cerita Natal justru menjauhkan diri dari esensi Natal itu sendiri. Film ini terasa thriller dengan penuh aksi kejar-kejaran dan tembak-tembakan.
BACA JUGA:
Karakternya berkaitan dengan karakter legenda Natal, seperti Santa Claus, Krampus, Gryla yang diciptakan bagai dongeng. Karakter mereka juga bersanding dengan para karakter manusia dalam film ini.
Karakter yang dimainkan Dwayne Johnson dan Chris Evans juga terlihat lucu dan tidak asing dari film-film komedi yang mereka perankan sebelumnya. Meski awalnya film berjalan cukup serius tapi pada akhirnya mereka mengambil sisi komedi thriller menuju akhir cerita.
Sayangnya, terlalu banyak yang ingin disajikan dalam film sehingga seringkali mereka bergeser dari kisah pencarian Santa Claus lalu hubungan Jack dan anaknya, lalu mencari petunjuk. Babak keduanya cukup draggy hingga membosankan.
Ceritanya baru terselamatkan ketika cerita menunjukkan karakter villain-nya. Karakternya tidak kuat atau mengesankan tapi cukup membuat distraksi dan membangun rasa penasaran untuk apa yang akan terjadi ke depannya.
Belum lagi penggunaan efek dan CGI yang terasa kurang mulus di beberapa adegan, membuat adegannya terasa tidak tulus dalam bertutur.
Namun, jika melupakan semua aspek di atas, Red One tetap bisa menyenangkan untuk disaksikan. Film yang mengambil sudut pandang lain tentang Natal ini juga masih bisa dinikmati.
Film Red One tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu, 6 November.