JAKARTA - Novel Pengin Hijrah telah dirilis dalam Indonesia International Book Fir (IIBF) 2024. Novel Pengin Hijrah ini akan diadaptasi menjadi film layar lebar oleh rumah produksi Sinemata Buana Kreasindo (SBK) Productions. Budi Yulianto, Eksekutif Produser SBK Productions mengatakan saat ini novel sedang dikembangkan menjadi skenario.
“Perilisan novel Pengin Hijrah juga menjadi cara bagi SBK Productions untuk mempopulerkan cerita film yang akan diproduksi dengan judul yang sama, Pengin Hijrah,” jelas Budi Yulianto dalam keterangan media, Senin, 14 Oktober.
Proses ekranisasi atau alih wahana karya tulis menjadi menarik ketika karya novel popular banyak menghasilkan karya film box-office, film laris. Proses ekranisasi ini sebenarnya sudah berlangsung sejak awal karya-karya audio visual muncul. Begitu juga di Indonesia, karya novel pop, kontemporer maupun klasik, kerap dialihwahanakan menjadi karya film.
Filmisasi karya novel menjadi salah satu cara rumah produksi mendapatkan cerita popular dan membuka peluang larisnya film saat rilis. Badai Pasti Berlalu, novel karya Marga T yang terjual hingga 40-an ribu eksemplar, menjadi salah satu alasan Teguh Karya mengalihwahanakan menjadi karya film. Begitu juga saat novel Ayat-ayat cinta (2008) karya Habiburrahman El Shirazy laku hingga 750ribu eksemplar, karya filmnya pun disambut meriah, dan box office. Negeri 5 Menara, Laskar Pelangi, Perahu Kertas, Supernova, dan 150an judul novel lainnya menjadi deretan karya yang sudah diproduksi menjadi karya film.
Budi menambahkan acara di IIBF 2024 menjadi ajang yang tepat bagi SBK Productions memperkenalkan rencana produksi film terbaru SBK Productions. Pengin Hijrah akan diproduksi menjadi karya film di tahun 2024 ini dan rencananya akan rilis di 2025 nanti.
Pengin Hijrah merupakan cerita asli yang ditulis Budi Yulianto sendiri sebelum dikembangkan ceritanya oleh Endik Koeswoyo. Berikutnya, Benni Setiawan menuntaskannya menjadi skenario film. SBK Productions menggandeng Jastis Arimba sebagai sutradara dan Avesina Soebli sebagai Eksekutif Produksi film Pengin Hijrah yang pernah terlbat di beberapa film adatasi novel, seperti Laskar Pelangi dan sekuelnya, Perahu Kertas, Hujan Bulan Juni, Jendela Seribu Sungai.
SBK Productions sebelumnya mempercayakan penulisan novel Pengin Hijrah kepada Hengki Kumayandi. Rumah produksi menyerahkan sepenuhnya cerita novel berdasarkan interprestasi Hengki. Kalaupun ada masukan adalah mengenai set lokasi kejadian dan karakter utama dalam novel. Bogor, Belitung dan Uzbekistan menjadi lokasi penceritaan novel, karena memang ada cross-culture yang ingin disampaikan dalam novel.
Uzbekistan juga menjadi lokasi penceritaan, mengingat ia negeri dengan mayoritas muslim, memiliki situs-situs peradaban Islam yang menarik. Sangat related sekali cerita Pengin Hijrah dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari (dimakamkan di Samarkan, Uzbekistan).
Semangat spiritual tentang hijrah ini yang hadir di novel dan menjadi moral story film Pengin Hijrah. Jastis Arimba yang beberapa film drama religinya menghasilkan box-office, mengaku sudah melakukan riset dan mendatangi situs-situs Islam di Uzbekistan. Novel Pengin Hijrah menjadi tantangan baru baginya melahirkan karya film yang menarik. Ia berterima kasih dipercaya dan diberi kebebasan berkreasi oleh rumah produksi SBK Productions untuk menginterprestasi karya novel Pengin Hijrah.
BACA JUGA:
Saat acara bincang-bincang (talkshow) di perilisan novel Pengin Hijrah, Sabtu, 28 September, di Balai Sidang, Jakarta, para pembicara setuju memfilmkan karya novel memiliki banyak tantangan tersendiri. Namun Budi Yulianto dan Avesina sepakat bahwa novel yang bagus, lalu diadaptasi menjadi skenario menarik, punya potensi menghasilkan film bagus. Setidaknya pembaca novel bisa menjadi pengkritik, penutur awal yang memiliki potensi mempopulerkan novel Pengin Hijrah.
Ibaratnya, novel bagus dengan kritik dan ulasan pembaca novelnya, akan menjadi daya dorong menciptakan calon penonton film-film laris. Ini menjadi analogi yang sama untuk novel Pengin Hijrah.