Bagikan:

JAKARTA - Dua wanita meluapkan rasa amarahnya usai diusir dari pesawat Spirit Airlines di Amerika Serikat (AS) oleh awak kabin. Mereka diusir karena memakai pakaian crop top karena dianggap melanggar aturan penerbangan.

Dilansir dari laman Daily Mail, dua wanita bernama Teresa dan Tara tengah berada di pesawat dari Los Angeles ke New Orleans pada hari Jumat, 4 Oktober 2024.

Mereka naik pesawat memakai celana dan sweater. Lalu, mereka melepaskan sweater untuk menyejukkan diri di dalam pesawat. Terlihat, mereka memakai pakaian terbuka. Mereka memakai pakaian berjenis crop top atau atasan dengan potongan pendek yang umumnya menampilkan bagian pusar.

Kemudian pramugari menghampiri dan menyuruh mereka untuk menutupi tubuhnya kembali. Pramugari itu menjelaskan aturan kode berpakaian apa yang telah dilanggar. Lalu, situasi memakin memanas dan mereka dikeluarkan dari pesawat, tanpa pengembalian uang.

"Sungguh memalukan harus dikawal dan diperlakukan seperti penjahat hanya karena kami mengenakan crop top. Itu adalah pengalaman yang tidak manusiawi. Kami membuang-buang waktu kami, waktu orang lain, uang kami, martabat kami," ucap Tara.

Sebelum naik pesawat, dua wanita ini telah merekam video dan menunjukkan pakaian. Teresa mengenakan ripped jeans, crop top putih dan sweater bergaris hijau. Sementara itu, Tara mengenakan celana bergaris, crop top putih dan jaket zip-up angkatan laut.

"Di dalam pesawat sangat hangat, lembap dan panas di pesawat karena tidak ada pendingin udara atau apapun, jadi kami hanya melepas sweater dan pramugari pria menghampiri kami dan berkata 'Kalian harus memakai sweater sekarang,'" kata Tara.

"Kami berdua hanya sedikit terkejut, dan seperti menutupi diri dengan sweater kami sedikit karena gugup, dan kami tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kami berkeringat karena sangat panas, jadi membuka lengan sweater, tetapi kami menutupi perut dan belahan dada dengan sweater karena tampaknya itu sangat menyinggung perasaannya," lanjutnya.

Menurutnya, pramugari tersebut kembali menegur dan situasi meningkat ketika bertanya tentang kebijakan kode berpakaian. Pramugari itu langsung memanggil atasannya.

"Kami dikawal oleh salah satu pengawas karena dia mengatakan dia akan memanggil polisi atau kami dapat memilih untuk pergi bersamanya dan dia akan memesan ulang penerbangan kami," imbuh Tara.

"Mereka menggunakan intimidasi dan taktik kekuatan pada kami. Kami tidak pernah berada dalam situasi hukum yang mendapat masalah, jadi kami seperti "Ya Tuhan, apa yang kami lakukan?" lanjutnya.

Para wanita mengaku dipaksa mengeluarkan biaya tambahan sebesar 1.000 dolar AS atau Rp15 juta untuk mendapatkan penerbangan pada maskapai yang berbeda.

"Kami bahkan tidak menikmati perjalanan kami karena begitu banyak energi mental kami dihabiskan untuk ini. Ini seperti ketika mengalami kecelakaan mobil, Anda terluka, Anda mengalami trauma mental. Kami memiliki trauma mental atas hal ini." ujar Tara.

Teresa dan Tara telah menghubungi pihak Spirit Airlines tentang insiden itu dan belum mendapatkan tanggapan. Mereka juga memeriksa kode berpakaian perusahaan dan menemukan tidak melanggarnya.

"Kami menghubungi bagian dukungan Spirit dan mereka mengatakan tidak ada yang menentang crop top pada kode berpakaian. Ini tidak dalam kategori cabul atau semacamnya. Ini hanya diskriminasi murni." kata Tara.

Dua wanita meluapkan rasa amarahnya usai diusir dari pesawat Spirit Airlines di Amerika Serikat (AS) oleh awak kabin. Mereka diusir karena memakai pakaian crop top karena dianggap melanggar aturan penerbangan.