Bagikan:

JAKARTA – Mantan striker Tim Nasional Belanda, Patrick Kluivert, disebut-sebut bakal menduduki posisi pelatih Timnas Indonesia. Dia mengisi kursi kosong yang ditinggalkan oleh Shin Tae-yong (STY).

Persatuan Sepak Bola Seluruh (PSSI) secara resmi mengumumkan perpisahan dengan STY dalam konferensi pers yang berlangsung di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, pada Senin, 6 Januari 2025.

Selepas pemecatan Shin Tae-yong, nama Kluivert sebagai kandidat pelatih baru Timnas Indonesia pun menguat. Jurnalis dan pakar transfer sepak bola dunia, Fabrizio Romano, bahkan mengonfirmasi itu kepada 23 juta lebih pengikutnya di media sosial X.

Dalam kicauan tersebut, Fabrizio menyebut Kluivert sudah mencapai kata sepakat untuk menangani Skuad Garuda. Dia akan dikontrak selama dua tahun dengan opsi perpanjangan dua tahun lagi.

Patrick Kluivert rencananya akan diperkenalkan sebagai pelatih baru pada Minggu, 12 Januari 2025. Dia memikul target besar membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 di Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat.

Munculnya nama Kluivert menuai banyak pro dan kontra di kalangan suporter Indonesia. Mantan pemain Barcelona dan AC Milan ini dianggap belum memiliki resume kepelatihan yang mencolok sehingga diragukan.

Seperti apa sepak terjang Patrick Kluivert sebagai pemain dan pelatih? Berikut profil lengkapnya.

Eks Pemain Top, tapi Diragukan sebagai Pelatih

Kluivert yang memiliki nama lengkap Patrick Stephan Kluivert merupakan salah satu legenda sepak bola Belanda yang bermain sebagai striker. Dia lahir pada 1 Juli 1976 di Amsterdam, Belanda.

Mantan pemain Tim Nasional Belanda ini dikenal sebagai salah striker yang begitu mematikan. Dia tidak jauh dari sepak bola setelah pensiun dengan memutuskan untuk menjadi pelatih di beberapa klub dan negara.

Kluivert lahir dari pasangan Kenneth Kluivert, mantan pesepak bola profesional asal Suriname, dan Lidwina Kluivert yang berasal dari Curacao. Awal karier Kluivert dimulai dari Ajax Amsterdam saat ia berusia tujuh tahun.

Dia kemudian berkembang pesat dan melakoni debut bersama tim utama pada 21 Agustus 1994 saat berusia 18 tahun. Dalam 25 laga di Eredivisie selama musim debut bersama raksasa Belanda itu, Kluivert sukses mencetak 18 gol.

Salah satu momen paling ikonik dalam karier Kluivert terjadi pada final Liga Champions pada 1995 melawan AC Milan yang berlangsung di Ernst-Happel-Stadion, Viena.

Saat itu dia mencetak satu-satunya gol kemenangan saat laga normal tersisa lima menit saja. Gol tersebut membuat Kluivert mencatat rekor pemain termuda yang mencetak gol di final Liga Champions pada usia 18 tahun, 10 bulan, dan 23 hari.

Kluivert kemudian hijrah ke AC Milan pada 1997, tetapi perjalanan kariernya di Italia tidak berlangsung mulus. Dia hanya semusim di San Siro dan langsung diboyong ke Barcelona oleh eks pelatih Ajax, Louis van Gaal.

Di Barcelona, Kluivert kembali menemukan ketajaman setelah menyatu dengan gelandang serang asal Brasil, Rivaldo. Ia menghabiskan enam tahun di Camp Nou dan mencetak total 124 gol dalam 249 pertandingan di semua ajang.

Pada musim panas 2004, Kluivert pun pindah ke Inggris dan bergabung Newcastle United. Ia mencetak 13 gol pada musim debutnya, termasuk gol-gol penting di Piala FA dan Piala UEFA, tetapi kariernya di sana hanya bertahan satu musim.

Berturut-turut klub berikutnya yang dituju oleh Kluivert adalah Valencia, PSV, dan Lille antara tahun 2005 sampai 2008. Di ketiga klub ini, ketajaman Kluivert sudah menurun drastis seiring dengan cedera yang menghantuinya.

Di level internasional bersama Belanda, Kluivert tercatat mencatat 79 penampilan dan mencetak 40 gol dari 1994 hingga 2004. Ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa Belanda hingga 2013 sebelum rekornya dipecahkan oleh Robin van Persie.

Kluivert tampil di tiga edisi Euro (1996, 2000, dan 2004) serta Piala Dunia 1998. Pada Euro 2000, ia mencetak lima gol dan menjadi pencetak gol terbanyak turnamen bersama pemain Serbia, Savo Milosevi.

Setelah pensiun, Kluivert memasuki dunia kepelatihan. Ia memulai karier sebagai asisten pelatih di AZ Alkmaar dan NEC Nijmegen, sebelum melatih tim muda Twente dan membawa Jong Twente menjuarai Beloften Eredivisie pada musim 2011/2012.

Dia lalu menjadi asisten Louis van Gaal di Tim Nasional Belanda pada 2014. Kerja sama kedua nama tersebut berhasil membawa De Oranje meraih posisi ketiga di Piala Dunia FIFA 2014 yang berlangsung di Brasil.

Setelah itu, ia juga melatih Tim Nasional Curacao dan menjadi Direktur Olahraga di Paris Saint-Germain serta akademi Barcelona. Adana Demirspor, tim asal Turki, adalah klub terakhir yang ditanganinya.