Bagikan:

JAKARTA - Kabar Patrick Kluivert sebagai pelatih pengganti Shin Tae-yong sudah merebak sejak pemecatan Shin pada Senin, 6 Januari 2025. Keduanya ternyata punya perjalanan karier yang cukup mencolok.

Meski PSSI baru akan resmi mengumumkan pelatih pengganti pada 12 Januari 2025, Fabrizio Romano, jurnalis dan pakar transfer dunia telah merilis bahwa Kluivert bakal jadi pelatih Timnas Indonesia.

Kabar ini jelas cukup menghebohkan kalangan suporter di Tanah Air. Pasalnya, Kluivert dianggap bukan penerus yang sepadan.

Dalam catatan karier kepelatihannya, Kluivert pertama kali berkecimpung pada 2008 tepatnya bulan Juli ketika menjadi pelatih penyerang AZ Alkmaar.

Satu setengah tahun berlalu, Kluivert direkrut Ange Postecoglou ke klub Australia, Brisbane Roar, sebagai asisten pelatih pada 2010.

Kluivert kemudian jadi pelatih striker di NEC Nijmegen kemudian melatih FC Twente U-21. Dari 45 laga bersama Twente U-21, Kluivert membawa tim 25 kali menang dan 13 kali kalah.

Di tangan Kluivert FC, Twente U-21 menempati peringkat pertama Beloften Eredivisie (liga tertinggi untuk tim cadangan di Belanda).

Setelah torehan yang cukup baik bersama Jong Twente, Kluivert dipercaya jadi asisten Louis van Gaal di Tim Nasional Belanda.

Pada Maret 2015, Kluivert untuk kali pertama jadi pelatih tim senior di Tim Nasional Curacao. Akan tetapi, Kluivert gagal dalam Kualifikasi Piala Dunia 2016 Zona Concacaf.

Gagal di Curacao, Kluivert meneruskan kariernya menjadi pelatih Ajax Amsterdam U-19. Kariernya kemudian berlanjut jadi penasihat Curacao dan Direktur Olahraga Paris Saint-Germain.

Pada 2018, Kluivert jadi asisten Clarence Seedorf di Tim Nasional Kamerun. Lalu, jadi manajer akademi Barcelona.

Pelatih 48 tahun ini kembali ke Curacao sebagai caretaker pada 2021. Namun, lagi-lagi gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2022, kemudian dihajar Bahrain 0-4 dalam laga persahabatan.

Klub Turki, Adana Demirspor (Super Lig), jadi satu-satunya klub profesional yang pernah dilatih Kluivert pada Juli 2023. Namun, pelatih asal Belanda ini dipecat Adana pada Desember 2023 setelah enam bulan bertugas.

Sementara itu, perjalanan karier Shin Tae-yong bisa dianggap jauh berbeda dengan Kluivert. Pelatih asal Korea Selatan ini hanya memiliki pengalaman di kawasan Asia.

Setelah jadi asisten pelatih Brisbane Roar pada 2005 hingga 2008, STY jadi caretaker di klub lamanya, Seongnam Ilhwa, pada tahun yang sama.

Saat ada di bawah asuhannya, Seongnam Ilhwa berhasil juara Liga Champions Asia 2010, lalu juara Piala Korea 2011.

Perjalanan karier Shin Tae-yong kemudian berlanjut sebagai pelatih sementara Tim Nasional Korea Selatan pada 2014 yang setelahnya menjabat sebagai asisten Ulie Stielke di Taegeuk Warriors.

Dengan bekal melatih di tim senior, Shin Tae-yong kemudian jadi pelatih Korea Selatan U-23 dan membawa tim tersebut menjadi runner-up Piala Asia U-23 2016.

Setahun berselang, Shin Tae-yong naik jabatan jadi pelatih senior Korea Selatan dan membawa tim juara Piala EAFF 2017.

Pada 2018, Shin Tae-yong berkesempatan mengawal Korea Selatan di Piala Dunia 2018 dan membuat kejutan dengan mengalahkan Jerman 2-0.

Hasil itu membuat Jerman gagal lolos fase grup meski Korea Selatan juga tak ikut berlanjut ke fase gugur.

Karier terbaru Shin Tae-yong setelah itu adalah melatih Timnas Indonesia sejak tahun 2020. Di bawah asuhannya, peringkat Skuad Garuda naik ke tangga 127 dari posisi awal di 173 ranking FIFA.

Selama menangani Timnas Indonesia, pelatih 54 tahun ini mampu membuat Skuad Garuda sukses menorehkan sejumlah rekor, seperti lolos untuk pertama kalinya ke babak 16 besar Piala Asia, lalu untuk pertama kali jadi semifinalis Piala Asia U-23.