YOGYAKARTA - Pernahkah Anda mendengar istilah "post power syndrome"? Kondisi kejiwaan ini biasa dan seringkali dialami oleh mereka yang pernah menduduki posisi penting atau memiliki kekuasaan yang besar.
Menjadi reaksi psikologis bagi orang-orang yang kehilangan kekuasaan mendadak, mari kita bahas lebih dalam mengenai post power syndrome, gejala, penyebab, dan bagaimana cara mengatasinya.
Pengertian Post Power Syndrom
Dilansir dari laman Prodia Digital, secara sederhana, Post Power Syndrom atau sindrom pasca kekuasaan adalah emosi yang dialami seseorang setelah mereka tidak lagi berkuasa.
Istilah "berkuasa" mengacu pada posisi pekerjaan, tanggung jawab besar, atau menyelesaikan tugas-tugas penting. Orang-orang yang menderita sindrom ini menunjukkan sejumlah tanda atau gejala.
Sebelum melanjutkan, baca juga artikel yang membahas 10 Cara Terbaik Menangani Stres Harian
Berikut adalah beberapa gejala sindrom pasca kekuasaan:
- Emosi kurang stabil
- Mudah tersinggung dan tersinggung
- Terlihat lemah dan tidak sehat
- Tidak bersemangat dengan aktivitas
- Berisiko mengalami kecemasan dan depresi
Sindrom pasca kekuasaan sendiri sangat umum terjadi pada orang lanjut usia yang telah pensiun dari karir mereka.
Sindrom ini disebabkan karena setelah bertahun-tahun sibuk dengan rutinitas pekerjaan (memberikan arahan atau perintah, dan memiliki tanggung jawab yang besar) kemudian pengidap tidak lagi memiliki "kekuasaan" untuk melakukannya.
Karena mereka tidak dapat melakukan banyak tugas setiap hari, individu yang menderita kondisi ini merasa tidak dibutuhkan dan tertekan.
Dampak pada kesehatan mental
Tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa orang yang lebih muda menderita sindrom pasca kekuasaan. Akibatnya, sangat penting bagi Anda untuk memahami dampak dari sindrom pasca kekuasaan ini.
Hal yang pertama perlu dipahami adalah terkait profesi yang berpengaruh pada sindrom ini. Pekerjaan memiliki banyak makna dan signifikansi bagi seseorang, misalnya untuk menemukan tujuan hidup seseorang.
Bagi sebagian orang, momen setelah pensiun akan menyebabkan adanya "kekosongan", seolah-olah tidak ada lagi tujuan. Ini adalah salah satu alasan untuk penurunan kesehatan mental.
Sementara itu, faktor eksternal lainnya juga dapat meningkatkan kemungkinan penurunan kesehatan mental. Salah satu contohnya adalah kehilangan pasangan, tinggal sendirian di usia tua, keterbatasan keuangan, dan keterbatasan fisik atau kesehatan.
Kemudian dampak sindrom ini pada kesehatan mental dapat dimulai dengan perasaan sedih, stres, kecemasan yang berkepanjangan, dan meningkat menjadi depresi. Menurut suatu penelitian, satu dari tiga pensiunan menderita depresi.
BACA JUGA:
Dampak pada kesehatan fisik
Sindrom pasca kekuasaan, yang menyebabkan depresi, juga dapat berdampak pada kesehatan fisik Anda. Sementara itu, depresi akan mengubah kebiasaan dan gaya hidup Anda.
Menurut temuan dari sebuah studi di Tiongkok, berat badan dan Indeks Massa Tubuh (BMI) meningkat bagi pengidap sindrom pasca kekuasaan, (terutama di kalangan pria, menurut data).
Atas temuan tersebut, penurunan level kebugaran diyakini terjadi sebagai akibat dari penurunan motivasi untuk terlibat dalam aktivitas fisik seperti olahraga teratur. Namun karena kurangnya pemahaman tentang gaya hidup sehat, kondisi ini dikatakan lebih umum terjadi pada mereka dengan pendidikan rendah.
Selain itu, peningkatan berat badan dan BMI juga dapat meningkatkan risiko obesitas. Seperti yang Anda ketahui, obesitas adalah faktor risiko untuk sejumlah penyakit kronis termasuk penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Selain post power syndrom, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!