Bagikan:

JAKARTA - Film Laura bercerita seputar tahun-tahun terakhir kehidupan Laura Anna yang meninggal dunia pada Desember 2021. Laura Anna (Amanda Rawles) diceritakan sebagai seorang influencer dengan lebih dari 1 juta followers di Instagram. 

Di tengah popularitasnya, Laura berkenalan dengan seorang pria yang memikat hatinya, Jojo (Kevin Ardilova). Mereka kemudian berpacaran. Hubungan Laura dengan Jojo adalah awal mula dari malapetaka yang bakal menimpa Laura. Awalnya, Jojo tampak seperti kekasih yang romantis dan baik. 

Namun, lama-kelamaan, mulai terlihat sifat aslinya yang suka memanfaatkan Laura dari sisi finansial dan suka playing victim. Hingga suatu malam, sepasang kekasih itu mabuk-mabukan di sebuah klub malam hingga larut. Laura pun mengajak Jojo berhenti dan mengantarnya pulang. 

Jojo yang saat itu mabuk menyetir mobil mengalami micro sleeping dan saat terbangun mobilnya nyaris menabrak mobil lain. Setir dibanting ke kanan, tetapi dari belakang ada mobil yang melaju sama cepat dan menyeruduk mobil Jojo.

Karena kecelakaan mobil itu, Laura mengalami kelumpuhan. Selama proses pengobatan dan rehabilitasi, keluarga dan teman-teman dekatnya yang selalu menemani Laura, terutama sang ibu, Mama Amel (Unique Priscilla), dan sang kakak, Iren (Carissa Perusset).

Sementara itu, Jojo lebih sering menghilang dan hanya datang membawa masalah. Bahkan dalam kondisi terpuruk Laura, Jojo masih suka menyalahkan kekasihnya.

Film ini menyoroti lika-liku hubungan Laura dengan Jojo; dukungan keluarga dan teman-teman dekat Laura sebagai caregiver; dan perjuangan Laura bangkit dari keterpurukan.

Film Laura sendiri diproduksi oleh MD Pictures dan digarap oleh Hanung Bramantyo sebagai sutradara. Sementara penulis naskahnya adalah Alim Sudio.

Hanung menyebut film ini menggunakan point of view (PoV) keluarga Laura Anna. Karena itu, selain Laura dan keluarganya, tokoh-tokoh lain menggunakan nama fiktif. Misalnya pacar Laura dalam film bernama Jojo dan diperankan oleh Kevin Ardilova. 

Hanung mengusung genre drama dan memasukkan unsur subjektifitas atas musibah yang menimpa Laura. "Cerita Laura ini tragis, bagaimana musibah yang dihadapinya membuat Laura lumpuh. Tapi, dia tetap bisa tersenyum dan semangat menjalani hidup," kata Hanung saat gala premiere film Laura di Epicentrum XXI Jakarta, Senin, 9 September. 

"Saya menghindari namanya UU ITE, yang rentan sekali menjerat kita semua. Jadi, karena memang film ini subjektif, maka point of view saya kepada Laura, makanya filmnya judulnya Laura," lanjutnya.

"Cerita ini benar-benar lebih seram daripada film horor, bagi saya. Kami enggak mau sampai terjadi kepada siapapun. Sangat dalam,” tambah produser Manoj Punjabi.