Bagikan:

JAKARTA – Jika menganggap bahwa anak-anak memiliki kemampuan terbatas dalam mengenali dan menilai sifat seseorang, ternyata keliru. Berdasarkan penelitian ilmiah, anak-anak memiliki kemampuan yang menakjubkan dalam menilai sifat baik maupun buruk dari orang yang dijumpainya.

Profesor Karen Wynn, seorang psikolog di Universitas Yale, Connecticut, mengatakan bahwa setiap orang memiliki satu satu komponen yang canggih untuk penilaian moral. Wynn dalam penelitiannya bersama tim menemukan bahwa kemampuan penilaian moral memiliki dasar bawaan.

Berdasarkan temuan para ilmuwan sebelumnya, kemampuan tersebut berkembang lewat bahasa pada usia sekitar 18 bulan hingga 2 tahun. Sedangkan dalam penelitian Wynn dan tim memelajari reaksi bayi berusia 6 dan 10 bulan dari skenario mendaki bukit.

Dalam skenario penelitian, terdapat dua pilihan dalam mendaki yaitu kotak persegi yang menghalangi dan segitiga yang membantu pemanjat. Dari 16 bayi usia 10 bulan memilih segitiga yang membantu dan sejumlah 12 bayi usia 6 bulan juga memilih jalan yang membantu dalam skenario pendakian.

Dilansir dari Romper, Selasa, 30 Maret, selain bisa mengenali wajah, merespon suara, dan merespon dengan tangannya, bayi bisa membedakan sikap seseorang. Bayi memiliki preferensi untuk menilai seseorang yang suka menolong atau sebaliknya.

Isyarat mikro dari gerak tubuh orang yang dijumpainya menjadi bahan penilaian. Dengan isyarat tersebut bayi usia 6 bulan dapat membedakan seseorang memiliki karakter baik dan buruk.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Infant Cognition Center di Universitas Yale, membuat percobaan menggunakan dua karakter boneka. Boneka pertama membantu membuka kotak sedangkan boneka kedua membanting dan menutup kotak. Hampir 80 persen bayi memilih boneka pertama.

“Manusia dilahirkan dengan moralitas yang terprogram, rasa baik dan jahat tumbuh di dalam tulang,” kata Paul Bloom, penulis Just Babies: The Origins of Good and Evil.

Studi lainnya yang membuktikan bahwa anak-anak dapat menilai dan mengenali sifat seseorang dilakukan oleh Universitas Harvard dan dipublikasikan dalam Psychological Science Journal.

Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa anak-anak berusia 3 tahun cenderung menilai karakter seseorang lewat wajah. Dari wajah orang yang dijumpai, ia akan tahu baik atau tidaknya orang tersebut.

Penelitian selanjutnya dipublikasikan dalam National Library of Medicine yang dilakukan oleh Maureen C. Kenny dan Sandy K. Wurtele. Wajah seseorang mungkin dapat dinilai sifatnya oleh anak-anak, tetapi jika disertai dengan aksi maka dibutuhkan pengetahuan dan pendampingan lebih lanjut.

Penelitian yang dilakukan oleh Kenny dan Wurtele tersebut bertujuan menguji kemampuan anak untuk mengenali orang ‘baik’ yang memiliki intensi berperilaku buruk terkait dengan keselamatan pribadi.

Ditemukan bahwa anak-anak belum mampu mengenali intensi terselubung terutama pada usia di bawah 4 tahun. Meski secara natural punya kemampuan mengenali sifat lewat wajah, tetapi anak-anak belum mampu menilai intensi yang disertai aksi tanpa pengetahuan mengenai keamanan.