JAKARTA - BDSM (bondage, discipline, dominance, sadism, masochism) umumnya menjadi pembicaraan bisik-bisik, karena dianggap tabu, berlebihan atau tidak pantas. Sebagian orang menganggap sebagai penyimpangan seksual. ‘Aliran’ ini memang hanya dinikmati mereka yang menyukai kegiatan bercinta pada level yang lebih advanced. Seperti sengaja menyerempetkan bahaya untuk meningkatkan adrenalin.
Skenario BDSM sama seperti role play. Ada 2 pihak yang bermain atau berperan. Yang pertama adalah dominant atau pelaku, yang kedua adalah submissive atau penerima. Keduanya bisa dilakukan bergantian antara pria dan wanita.
Tapi, skenario BDSM membutuhkan permainan peran yang lebih serius daripada role play biasa. Ceritanya pun tak lagi cute seperti cerita pasien dan perawat nakalnya. Biasanya pelaku akan memainkan peran antagonis yang superior sementara penerima bersikap inferior. Di sini, si pelaku ‘mendisiplinkan’ penerima dengan ‘hukuman’ berupa bondage atau perbudakan. Sebagai permainan, jangan bayangkan bentuk hukuman sadistik akan mencederai seperti namanya. Hukuman yang diberikan hanya pura-pura, sekedar untuk menghidupkan suasana. Yang paling ringan contohnya tepukan di bokong atau spanking. Yang paling berat contohnya si pelaku contohnya menunda tercapainya kepuasan seksual.
Memainkan skenario ini butuh penghayatan dan tak bisa terburu-buru. Untuk mendukung skenario tak jarang pasangan bermain-main dengan sex toys atau properti sederhana lainnya. Misalnya skenario bondage, pelaku menggunakan tali-temali untuk mengikat partner penerimanya. Ini hanya untuk memenuhi tuntutan skenario.
BACA JUGA:
Selain itu, banyak pengikut BDSM melakukan permainan gender (di mana satu atau lebih partner berperan sebagai lawan jenis) atau permainan fantasi "pemerkosaan" (di mana satu partner berpura-pura dipaksa melakukan tindakan seks yang tidak diinginkan tanpa kekerasan). Sesi-sesi tersebut dapat mencakup unsur-unsur kekuasaan (memberi, menukar, atau mengambil), sensasi (menggunakan rasa sakit atau indra), dan psikologi (permainan pikiran).
Permainan peran dapat dilakukan di lokasi pribadi atau umum, dengan atau tanpa penonton. Sering kali, para peserta mengenakan kostum untuk memerankan suatu peran. Pakaian BDSM yang populer meliputi seragam pemandu sorak, seragam polisi, pakaian pembantu Prancis, seragam siswa sekolah, atau seragam perawat. Selain itu, banyak orang di komunitas BDSM memilih mengenakan pakaian dari bahan kulit.