Bagikan:

YOGYAKARTA – Payudara pria yang membesar, mungkin membuat khawatir atau mengurangi kepercayaan diri terkait penampilan. Kondisi ini disebut ginekomastia, adalah pembesaran jaringan payudara pria yang nonkanker. Umumnya, ginekomastia disebabkan dua faktor, yaitu ketidakseimbangan hormon dan obesitas yang sebabkan ukuran payudara lebih besar akibat kelebihan jaringan adiposa atau lemak. Lantas apakah ginekomastia berbahaya?

Ginekomastia bisa dialami pria segala usia. Namun biasanya terjadi selama bayi baru lahir, pubertas, dan dewasa yang lebih tua. Kondisi ini sangat umum terjadi dan memengaruhi 50 persen pria dalam beberapa periode pada hidupnya.

Ginekomastia, paling sering terjadi karena ketidakseimbangan hormon, khususnya testosteron dan estrogen. Penting dipahami, ginekomastia tidak berbahaya bagi kesehatan fisik. Tetapi memengaruhi rasa percaya diri dan harga diri. Ginekomastia terlihat dan terasa seperti pertumbuhan seukuran kancing di bawah puting susu. Mungkin terlihat seperti benjolan payudara saat menekan area tersebut. Benjolan tersebut dapat bergerak dengan mudah di dalam jaringan payudara dan mungkin terasa nyeri saat disentuh.

ginekomastia apakah berbahaya
Ilustrasi ginekomastia apakah berbahaya (Freepik)

Meskipun tidak berbahaya, penting untuk memeriksakan ke dokter. Pasalnya, kanker payudara pada pria memiliki gejala yang sama. Yaitu muncul  benjolan di sekitar payudara. Namun meskipun jarang terjadi, periksa ke dokter akan lebih bijak dan mendapatkan diagnosa medis yang tepat.

Selain karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron serta tumpukan lemak adiposa, ginekomastia juga salah satu gejala kondisi medis tertentu yang membutuhkan perawatan. Kondisi yang menyebabkan ginekomastia, antara lain berikut ini:

  1. Tumor adrenal.
  2. Hipertiroidisme atau tiroid yang terlalu aktif.
  3. Penyakit ginjal atau gagal ginjal.
  4. Sindrom Klinefelter yang diwariskan.
  5. Penyakit hati dan sirosis.
  6. Hipogonadisme atau testosteron rendah pada pria.
  7. Tumor kelenjar pituitari.
  8. Tumor testis.

Selain kondisi di atas, ginekomastia juga menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk cemitidin untuk mengobati maag dan refluks asam, obat untuk masalah tertentu pada jantung (digoksin), obat pembesaran prostat (finasteride), infeksi jamur atau ragi (Ketokonazol), obat tekanan darah tinggi dan gagal jantung (Spironolakton), dan obat kemoterapi.

Cara mengatasi ginekomastia, tergantung pada apa penyebabnya. Umumnya, ginekomastia tidak memerlukan pengobatan karena akan hilang dengan sendirinya. Kecuali kalau peradangan di sekitar payudara diikuti gejala lainnya yang mengganggu. Misalnya kalau disebabkan obat yang dikonsumsi, perlu konsultasi ke dokter dan mendapatkan rekomendasi yang tepat.