Bagikan:

JAKARTA - Sebuah survei terhadap 5.000 orang yang dilakukan oleh Forbes Health menemukan bahwa 76 persen partisipan pernah melakukan ghosting terhadap orang lain atau menjadi korban . Hanya karena ghosting menjadi lebih umum bukan berarti penanganannya menjadi lebih mudah jika hal itu terjadi.

Bagi kebanyakan orang, perpisahan seringkali membutuhkan waktu untuk memproses dan sembuh. Namun, move on terasa lebih berat ketika perpisahan tidak pernah benar-benar terjadi karena pasangan bersikap ghosting

Jika, Anda pernah menjadi korban ghosting dan sulit melanjutkan hidup, pertimbangkan apakah salah satu alasan berikut mungkin memainkan peran.

Tidak tahu alasan menjadi korban ghosting

Ketika tidak mengetahui dengan pasti penyebab di balik berakhirnya hubungan yang sedang dibangun. Pikiran akan berputar dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan yang mungkin telah Anda lakukan sehingga pasangan mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba.

Saat dihadapkan pada hal yang tidak diketahui, otak berusaha mencari kepastian karena hal yang tidak diketahui cenderung memicu kecemasan. Keinginan mendapatkan kepastian merupakan cara otak menjaga Anda tetap aman.

Saat berada pada situasi ketidakpastian seperti dighosting, tubuh dengan sendirinya akan mengalami stres sebab Anda berusaha mencari tahu penyebab dighosting. Ini bisa memicu proses move on yang lebih lama.

Membuka luka lama terkait pengalaman diabaikan

Bagi Anda yang pernah mengalami trauma pengabaian, pengkhianatan, atau kehilangan orang terkasih seperti orang tua atau mantan pacar. Ghosting bisa sangat menyakitkan dan sulit diatasi. Pasalnya, ghosting seringkali menghidupkan kembali luka lama dan cenderung memunculkan kesedihan masa lalu.

Menyalahkan diri sendiri

Dilansir dari Psychology Today, Selasa, 11 Juni, karena tidak memiliki jawaban atau kendali atas situasi tersebut, Anda mungkin mulai berfokus pada satu-satunya pelaku, yaitu diri Anda sendiri. Jika tidak ada jawaban, Anda mungkin menyalahkan diri sendiri untuk meringankan pertanyaan Anda dan menemukan penyelesaian. Namun, meskipun tergoda menyalahkan diri sendiri, hal ini dapat mengarah pada rasa bertanya-tanya dan penderitaan tanpa akhir yang hanya akan memperburuk rasa sakit dan membebani hubungan Anda dengan diri sendiri.

Meragukan diri sendiri

Anda mungkin mulai mempertanyakan realitas Anda, termasuk penilaian Anda sendiri dan tanda-tanda apa yang mungkin Anda lewatkan. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dengan cepat berubah menjadi perenungan tidak sehat yang menghalangi Anda untuk melanjutkan hidup.

Rasa sakitnya mungkin lebih dalam dari yang disadari

Rasa sakit emosional yang sering diakibatkan oleh ghosting bisa jadi lebih menyakitkan dari yang Anda sadari. Ghosting adalah salah satu bentuk penolakan sosial dan penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang merasa ditolak, reseptor rasa sakit di otak akan menyala di area yang sama di mana mereka merasakan sakit fisik.

Inilah sebabnya mengapa mereka yang sedang mengalami patah hati melaporkan merasakan sakit fisik. Pikiran dan tubuh sangat terhubung dan emosi yang menyakitkan dapat terwujud secara fisik.