JAKARTA – High-Flyer, sebuah hedge fund kuantitatif asal China, telah membangun portofolio senilai 100 miliar yuan (setara dengan Rp223,9 triliun) menggunakan model kecerdasan buatan (AI) untuk mengambil keputusan investasi. Namun, pada tahun 2023, perusahaan ini memutuskan untuk mengubah arah dan berfokus pada pengembangan kecerdasan buatan umum (AGI) yang paling mutakhir.
Dalam sebuah unggahan di akun resmi WeChat, Hangzhou Huanfang Technology Ltd Co., nama resmi High-Flyer, menyatakan bahwa mereka akan mengalokasikan seluruh sumber daya dan kekuatan mereka untuk mengembangkan teknologi AI yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia. Perusahaan juga telah membentuk kelompok penelitian independen baru untuk menjelajahi esensi AGI.
Microsoft, yang mendukung OpenAI, mendefinisikan AGI sebagai sistem otonom yang mampu melampaui manusia dalam sebagian besar tugas bernilai ekonomi. CEO OpenAI, Sam Altman, dalam sebuah unggahan di X pekan lalu, mengatakan bahwa perusahaannya belum mencapai tahap tersebut.
DeepSeek dan Dampaknya
Kelompok penelitian independen yang dibentuk oleh High-Flyer ini adalah DeepSeek, yang dalam beberapa pekan terakhir telah mengguncang sektor teknologi global. Pendiri dan pemegang saham pengendali High-Flyer, Liang Wenfeng, juga menjadi pemimpin DeepSeek yang dikenal dengan profilnya yang rendah.
Model AI yang dikembangkan oleh DeepSeek mendapatkan pujian dari kompetitor di Silicon Valley, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi model AI asal China. Namun, klaim DeepSeek bahwa mereka menggunakan daya komputasi yang jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan AI terkemuka di Amerika Serikat telah memicu aksi jual saham teknologi secara global.
Saat ini, belum jelas seberapa dekat DeepSeek dalam mencapai pengembangan AGI. Meskipun keberhasilannya tampak datang secara tiba-tiba, perjalanan DeepSeek sebenarnya telah berlangsung lebih dari satu dekade.
Di bawah kepemimpinan Liang, High-Flyer telah lama mempelajari dan bereksperimen dengan model AI dari luar negeri, menerapkan teknologi tersebut dalam bisnis mereka, serta berinvestasi dalam chip Nvidia kelas atas senilai puluhan juta dolar untuk menyediakan daya komputasi yang dibutuhkan bagi strategi berbasis AI mereka.
Investasi Besar
High-Flyer telah membangun dua klaster superkomputer berbasis AI yang sepenuhnya menggunakan chip Nvidia A100 sebelum pemerintah Amerika Serikat melarang ekspor chip tersebut ke China pada September 2022.
Klaster pertama mereka, yang terdiri dari 1.100 chip A100, dibangun dengan biaya 200 juta yuan dan mulai beroperasi pada tahun 2020. Sementara itu, klaster kedua yang berisi sekitar 10.000 chip A100 selesai dibangun pada tahun berikutnya dengan biaya 1 miliar yuan, menurut situs web perusahaan dan berbagai unggahan di WeChat.
Pada tahun 2022, para peneliti AI di High-Flyer mempresentasikan strategi di konferensi Nvidia untuk memaksimalkan efisiensi klaster kedua mereka dalam melatih model AI.
SEE ALSO:
Belum diketahui berapa banyak investasi yang telah dilakukan High-Flyer dalam DeepSeek. Namun, High-Flyer memiliki kantor di gedung yang sama dengan DeepSeek dan juga memiliki paten terkait klaster chip yang digunakan untuk melatih model AI.
Menurut catatan perusahaan China, Liang memiliki 55% saham di High-Flyer dan mengendalikan 99% hak suara. Sisa sahamnya dimiliki oleh eksekutif lain dalam perusahaan tersebut.
Misteri Daya Komputasi DeepSeek
Sejauh ini, DeepSeek mengklaim hanya menggunakan chip Nvidia H800 dan H20 yang jauh kurang bertenaga dibandingkan chip A100 untuk melatih model DeepSeek-V3 dan pendahulunya, DeepSeek-V2. Model terakhir ini sempat memicu perang harga AI di China saat dirilis pada Mei 2024.
Namun, beberapa eksekutif teknologi berspekulasi bahwa DeepSeek memiliki daya komputasi yang jauh lebih besar. CEO Scale AI, Alexandr Wang, dalam sebuah wawancara dengan CNBC pekan lalu, menyatakan tanpa bukti bahwa DeepSeek memiliki 50.000 chip Nvidia H100. Ia mengklaim bahwa DeepSeek tidak mengungkapkan hal ini karena dapat melanggar kontrol ekspor yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap chip H100 dan A100 ke China.
DeepSeek tidak memberikan komentar terkait tuduhan tersebut, sementara Nvidia juga belum memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.
Namun, Liang tampaknya tetap khawatir dengan akses terhadap daya komputasi di masa depan. Dalam sebuah wawancara dengan media China, Waves, pada Juli 2024, ia ditanya apakah High-Flyer berencana memisahkan DeepSeek dan membawanya ke pasar saham. Liang menjawab:
"Kami tidak memiliki rencana untuk mencari pendanaan dalam waktu dekat. Masalah yang kami hadapi bukanlah uang, tetapi embargo terhadap chip berdaya tinggi," kata Liang.