JAKARTA – Hipospadia adalah kelainan kongenital yang mana muara uretra yang terletak lebih dekat dengan tubuh dibandingkan lokasi seharusnya.
Mengutip dari Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, Rabu, 10 Maret, kelainan ini terjadi sejak masa embrio dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang memengaruhi hipospadia adalah paparan estrogen atau zat anti-androgen pada masa kehamilan.
Angka kejadian cukup tinggi di Indonesia
Hipospadia paling sering ditemukan pada anak laki-laki. Rabu, 10 Maret, Aprilia Manganang mengalami hipospadia. Secara terminologis, hipospadia berasal dari bahasa Yunani, hypo artinya di bawah dan spandon artinya lubang.
Hipospadia terjadi ketika lubang uretra terletak mendekat atau menjauhi bagian tubuh dari lokasi semestinya. Secara menyeluruh belum ada laporan pasti , namun di beberapa rumah sakit di Indonesia menemukan beberapa kasus hipospadia.
Di negara-negara Eropa seperti Finlandia ditemukan sejumlah kasus hipospadia antara tahun 1970 hingga 1994 dan di Amerika Serikat terdapat peningkatan dua kali lipat.
Pada Januari 2009 hingga Oktober 2010 melaporkan hipospadia sejumlah 17 kasus di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau, Manado. Di RS Sanglah Bali sejumlah 53 kasus dilaporkan dari Januari 2009 hingga April 2012.
Di RS M. Djamil, Padang mencatat 44 kasus hipospadia selama 2012 hingga 2014 dan di Jawa Tengah ada 120 kasus.
BACA JUGA:
Belum ditemukan penyebab pasti hipospadia
Penyebab pastinya belum ditemukan hingga saat ini, tetapi ahli menduga bahwa pemicunya adalah adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan.
Ahli menemukan bahwa lingkungan yang tinggi aktivitas estrogennya ada pada pestisida pada sayuran, buah, susu sapi, tanaman, dan obat-obatan. Berdasarkan penelitian lebih lanjut, ibu hamil yang mengonsumsi obat anti epilepsy dapat meningkatkan risiko janin mengalami hipospadia.
Kemungkinan lain penyebab hipospadia antara lain faktor keturunan, berat bayi lahir rendah, bayi kembar, tetapi tidak ditemukan hipospadia pada bayi lahir prematur.
Klasifikasi hipospadia
Hipospadia terbagi menjadi tiga klasifikasi, antara lain anterior, middle, dan posterior. Pada klasifikasi hipospadia anterior terdapat tiga titik, yaitu glanular, coronal, dan distal penile. Pada middle hipospadia ada midshaft dan proximal penile.
Sedangkan pada posterior hipospadia pada titik penoscrotal, scrotal, dan perineal. Klasifikasi yang paling sering dialami di Indonesia antara lain proximal penile, penoscrotal, middle shaft, dan penile.
Gejala yang dialami
Karena hipospadia merupakan kelainan kongenital, tentu yang mengalami akan merasakan beberapa gejala. Keluhan yang dialami antara lain pancaran urin lemah, nyeri ketika ereksi, dan gangguan dalam berhubungan seksual.
Dibutuhkan pemeriksaan USG bagi yang mengalami hipospadia
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun direkomendasikan untuk USG ginjal, saluran kemih, dan organ genital. Disamping itu, ahli medis akan melakukan tes genetik untuk menyelami penyebabnya.