Bagikan:

JAKARTA - Aprilia Manganang. Nama yang tidak asing lagi di telinga pecinta olahraga di Indonesia. Aprilia merupakan mantan atlet voli putri nasional yang sering jadi sorotan.

Aprilia mengumumkan pengunduran dirinya dari olahraga voli pada usia 28 tahun. Ia menyatakan keputusannya lewat video yang diunggah di akun Instagram pribadinya @manganang92, pada 10 September tahun lalu. Postingan tersebut kini sudah dihapus.

"Pada kesempatan ini saya menyatakan kepada pecinta bola voli Indonesia bahwa saya Aprilia Manganang memutuskan untuk memundurkan diri dari dunia voli," ujar Aprilia.

Pensiun dari dunia yang membesarkan namanya, tidak serta merta membuat Aprilia berhenti berolahraga. Baru-baru ini, ia intens muncul di Instagram, mengunggah foto-foto kegiatannya di pusat kebugaran.

Dengan tubuh kekar dan penampilan tomboi, pevoli kelahiran 27 April 1992 ini sering dituding transgender. Saat masih aktif bermain, di ajang Proliga, beberapa kali gendernya dipertanyakan.

Tak sampai di situ. Di level internasional, pelatih timnas Filipina sempat melarang dia bermain di perhelatan SEA Games 2015 karena curiga Aprila seorang laki-laki. Namun, setelah dilakukan serangkaian tes, itu tidak pernah terbukti.

Aprilia bukan berasal dari keluarga kaya. Sang ayah bekerja serabutan sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil, Aprilia sering membantu ayahnya mencangkul di kebun hingga memanjat pohon kelapa.

Kegiatan fisik inilah yang membuat Aprilia terlihat seperti laki-laki. Namun, hal itu pulalah yang membuat penampilannya solid dan pukulannya mematikan. Tak jarang lawan dibuatnya ketar-ketir.

Mengutip volleyball.world, karier profesional Aprilia tergores pertama kali ketika bergabung dengan tim Alco Bandung pada tahun 2011. Dia lantas hijrah ke BNI 46, Manokwari Valeria, hingga akhirnya berlabuh di Jakarta Elektrik PLN.

Bersama Elektrik PLN, Aprilia memenangkan dua gelar Proliga 2015 dan 2016. Dia juga dianugerahi gelar Most Valuable Player (MVP) pada musim 2017.

Saat membela Jakarta PGN Popsivo Polwan di musim 2019, perempuan kelahiran Tahuna, Sulawesi Utara ini kembali menyabet trofi Proliga yang dikawinkan dengan gelar MVP ketiganya plus gelar Best Spiker.

Kariernya yang cemerlang di Indonesia membuat klub Thailand kepincut. Generali Supreme Chonburi E-Tech melabuhkan Aprialia di markas mereka. Tidak sia-sia, Aprilia mengantarkan tim barunya menjuarai Thai-Denmark Super League 2019 dan lagi-lagi meraih gelar individu, MVP. 

Sayangnya, saat berada di puncak karier, Aprilian menderita cedera lutut dan memutuskan mundur dari dunia voli.