Bagikan:

YOGYAKARTA – Katarak merupakan gangguan penglihatan yang umum dialami lansia. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa bayi baru lahir juga bisa mengalaminya. Pada neonatus, kondisi ini disebut dengan katarak kongenital. Lantas, apa penyebab katarak konginetal pada bayi?

Artikel berikut ini akan membahas katarak kongenital pada bayi, termasuk penyebab dan gejala yang menyertainya.

Mengenal Katarak Konginetal pada Bayi

Menyadur laman resmi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), katarak konginetal adalah cacat lahir yang dialami oleh bayi dengan kondisi lensa mata keruh atau buram sejak dilahirkan. Katarak bisa terjadi pada salah satu mata (unilateral) atau keduanya (bilateral).

Bayi yang sejak lahir mengalami katarak perlu mendapat penanganan segera agar tidak berkembang menjadi masalah penglihatan lainnya.

Katarak konginetal termasuk kasus yang langka. Berdasarkan hasil riset American Academy of Ophtalmology, kemungkinan munculnya katarak kongenital pada bayi, yakni sebesar 5 persen hingga 20 persen dari total kelahiran bayi di seluruh dunia.

Penyebab Katarak Konginetal pada Bayi

Menukil laman Very Well Health, katarak kongenital pada bayi disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

  • Genetik: seorang bayi lebih berisiko terkena kondisi ini apabila salah satu atau kedua orang tuanya pernah mengalami katarak.
  • Infeksi tertentu: seorang bayi baru lahir bisa mengalami katarak kongenital jika pernah terkena infeksi saat berada di dalam kandungan. Beberapa penyakit infeksi pada ibu hamil yang bisa menyebabkan katarak konginetal yakni infeksi campak atau rubella, cacar air, herpes simpleks, herpes zoster, poliomyelitis, influeza, sifilis, dan toksoplasmosis.
  • Efek samping obat-obatan: bayi baru lahir bisa mengalami katarak kongenital apabila selama kehamilan sang ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti tetracycline semasa hamil. Obat ini termasuk golongan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
  • Diabetes: ketika kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik, gula bisa mengendap pada lensa mata dan menganggu keseimbangan cairan dan nutrisi pada lensa tersebut. Hal ini menyebabkan pembentukan katarak metabolik.
  • Lahir prematur: bayi yang lahir premature lebih beresiko terkena katarak kongenital. Hal ini karena lensa mata pada bayi prematur umumnya belum terbentuk dengan sempurna.

Gejala Katarak Kongenital pada Bayi

Gejala katarak kongenital pada bayi baru lahir tidak selalu bisa terlihat secara kasat mata. Kondisi ini biasanya baru diketahui ketika dokter melakukan pemeriksaan pada mata bayi.

Bayi baru lahir yang menderita katarak akan menunjukkan gejala seperti:

  • Lensa mata terlihat keruh.
  • Kurang tanggap atau responsive terhadap cahaya.
  • Sulit membedakan warna.
  • Mata tampak keputihan ketika terkena cahaya.
  • Gerakan mata terkendali atau nistagimus.

Penanganan Katarak Kogenital pada Bayi

Katarak kongenital pada bayi bisa ditangani dengan operasi. Akan tetapi, tindakan ini baru dilakukan bila kondisinya cukup parah atau sudah menyebabkan gangguan penglihatan.

Operasi katarak bertujuan untuk mengangkat lensa mata yang rusak dan menggantinya dengan lensa mata buatan.

Kendati sudah mendapatkan lensa mata baru, bayi biasanya masih memerlukan alat bantu seperti kacamata atau lensa kontak agar Indera penglihatannya dapat berfungsi dengan lebih baik.

Demikian informasi tentang penyebab katarak kongenital pada bayi. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.