Ayah dari 35 Anak Ini Sebut Permintaan Donor Sperma selama Pandemi COVID-19 Meningkat
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kyle Gordy merupakan ayah dari 35 anak. Dia mengungkap, minat masyarakat pada donor sperma mengalami peningkatan selama pandemi COVID-19.

Pria berusia 29 tahun ini bertemu para calon ibu di dua grup Facebook yang dia kelola, yang memiliki sekitar 23.000 pengikut gabungan. Kini, dia siap menyambut 6 anak baru.

Meski tinggal di Amerika Serikat, Kyle bepergian ke seluruh dunia untuk bertemu dengan para perempuan itu.

"Saya melakukan perjalanan ke tempat-tempat menarik. Terkadang terasa seperti petualangan," dia mengatakan kepada Sky News, Jumat, 5 Maret.

"Saya lebih sibuk karena pandemi. Jelas ada peningkatan jumlah perempuan yang meminta sperma."

Kyle, yang mulai menyumbangkan sperma pada usia 22, berencana pergi ke Inggris akhir tahun ini untuk bertemu dengan seorang perempuan yang meminta jasanya.

Dia juga berharap bisa memberi calon bayi ke lebih banyak keluarga saat dia berada di Inggris juga.

Sebanyak 90 persen kliennya memilih metode inseminasi buatan. Sisanya, menempuh jalur "alami" dengan tidur bersamanya.

"Para wanita memutuskan bagaimana mereka ingin melakukannya. Biasanya wanita yang ingin natural merasa lebih efektif, makanya mereka memilih cara itu," dia mengungkapkan.

Untuk membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit menular seksual, Kyle menjalani tes beberapa kali dalam setahun. Meskipun demikian, badan amal telah memperingatkan agar perempuan tidak bertemu dengan "donor sperma" yang ditemui secara online.

Kepala eksekutif Fertility Network UK, Gwenda Burns, mengatakan bahwa dia memiliki kekhawatiran besar tentang metode ini.

"Risiko potensial lebih besar daripada manfaat yang mereka pikir mungkin datang dari menempuh rute itu," kata Burns.

Sementara itu, situs web HFEA menambahkan, lebih aman melakukan perawatan dengan sperma donor di klinik berlisensi.

"Klinik di Inggris diwajibkan oleh undang-undang untuk memastikan bahwa pendonor, pasien, dan anak di masa depan dilindungi dengan melakukan tes kesehatan yang ketat dan menawarkan konseling kepada semua orang yang terlibat,” mereka menjelaskan.