Selamatkan Nyawa Pasien Kritis saat Operasi, Perawat dan Staf Rumah Sakit Ini Transfusikan Darahnya Sendiri
Joung Hae-jun (kiri) dan Jung Da-eun (kanan). (Sumber: Na-Eun Hospital via Korea Times)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang perawat dan anggota staf di rumah sakit yang berbasis di Incheon, Korea Selatan secara langsung mentransfusikan darah mereka sendiri untuk menyelamatkan pasien yang memerlukan operasi darurat.

Menurut Rumah Sakit Na-Eun, Joung Hae-jun, seorang perawat di Departemen Urologi rumah sakit dan Jeong Da-eun, seorang anggota staf di Departemen Psikiatri, keduanya langsung mentransfusikan darah mereka sendiri kepada seorang pasien yang menjalani operasi laparoskopi pada 24 November.

Menurut pihak rumah sakit, pasien diduga menderita kanker pada ginjal sebelah kiri, memerlukan operasi darurat untuk mengangkatnya. Namun, rumah sakit tidak dapat melanjutkan operasi karena kekurangan darah, menyusul penurunan donor darah di tengah pandemi COVID-19.

Untuk membantu pasien, Joung dan Jeong secara sukarela mentransfusikan 0,95 liter darah mereka untuk pasien, dan pasien sekarang dalam pemulihan setelah berhasil menerima operasi.

"Jika ayah saya tidak bisa menjalani operasi pada saat itu, kondisi kesehatannya bisa memburuk," ungkap putra pasien seperti dikutip oleh rumah sakit, melansir Korea Times 1 Desember.

"Saya sangat menghargai apa yang dilakukan kedua pekerja itu dengan mendonorkan darah mereka," sambungnya.

Joung mengatakan situasinya darurat, tetapi pasien tidak dapat menjalani operasi karena kekurangan darah.

"Saya merasa pasien itu adalah salah satu anggota keluarga saya, dan hanya ingin membantunya menjalani operasi sesegera mungkin. Kami hanya melakukan apa yang bisa kami lakukan," tukas Joung.

Meskipun golongan darah pasien adalah A positif, yang merupakan salah satu golongan darah paling umum di Negeri Ginseng, pasien harus bergantung pada sumbangan pendonor yang ditunjuk untuk pasien tertentu. Ini lantaran negara tersebut menderita kekurangan darah secara nasional di tengah pandemi.

Pasien pun mencari donor darah yang ditunjuk langsung, meski menghadapi kesulitan lantaran transfusi langsung antar anggota keluarga tidak direkomendasikan, karena risiko respon sistem kekebalan.

"Misalnya kita punya 10 bungkus darah (per hari) sebelum COVID-19. Sejak pandemi dimulai, kami memiliki satu atau dua bungkus, dan hari ini menjadi sangat sulit untuk mengamankan darah sama sekali," sebut seorang pejabat rumah sakit.

Pejabat itu mengatakan, kekurangan darah dapat disebabkan oleh fakta, sebagian besar pendonor darah adalah siswa yang mengambil bagian dalam program donor darah sukarela di sekolah mereka. Sementara, selama pandemi sekolah dilakukan secara online dan siswa lebih banyak di rumah untuk menghindari infeksi virus corona.

"Kekurangan darah secara langsung mempengaruhi kehidupan banyak pasien yang menunggu operasi besar," ungkap Direktur Rumah Sakit Na-Eun Ha Hun-young.

"Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada staf atas keputusan mereka untuk mendonorkan darah mereka," pungkasnya.