Ada Lonjakan Pasien Gejala COVID-19, Dokter dan Perawat di China Kewalahan
Ilustrasi COVID-19 di Beijing China Wikimedia Commnons Pau Colominas

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah dokter dan perawat di China yang tertular COVID-19 terus bertambah, saat orang dengan gejala sedang memenuhi rumah sakit dan klinik, menurut staf medis dan lusinan unggahan di media sosial.

Pelonggaran pembatasan yang tiba-tiba telah memicu antrean panjang di luar klinik demam sejak pekan lalu, menimbulkan kekhawatiran gelombang infeksi meningkat, meskipun penghitungan resmi kasus baru cenderung lebih rendah baru-baru ini karena pihak berwenang mengurangi pengujian.

Pakar kesehatan mengatakan, pelonggaran aturan COVID yang ketat secara tiba-tiba di China, kemungkinan akan memicu lonjakan kasus parah dalam beberapa bulan mendatang. Sementara, rumah sakit di kota-kota besar sudah menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

Beberapa rumah sakit di Beijing memiliki hingga 80 persen staf mereka yang terinfeksi, tetapi banyak dari mereka masih diharuskan bekerja karena kekurangan staf, kata seorang dokter di rumah sakit umum besar di Beijing kepada Reuters, seperti dikutip 14 Desember, menambahkan dia telah berbicara dengan rekan-rekannya di rumah sakit besar lainnya.

Semua operasi dan pembedahan telah dibatalkan di rumah sakitnya kecuali pasien "meninggal besok", katanya, menolak disebutkan namanya karena sensitivitas subjek.

Otoritas kesehatan China tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang infeksi di antara staf medis.

Reuters tidak dapat segera mendapatkan verifikasi dari rumah sakit mengenai waktu tunggu dan tingkat pemanfaatan tempat tidur. Tetapi, foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan pasien di Beijing dan Baoding yang berdekatan menunggu berjam-jam untuk mendapatkan perawatan.

Pejabat kesehatan telah merekomendasikan agar orang dengan gejala COVID ringan dikarantina di rumah, juga mengatakan sebagian besar kasus yang dilaporkan di negara itu ringan atau tanpa gejala.

"Rumah sakit kami kewalahan dengan pasien. Ada 700, 800 orang demam datang setiap hari," kata seorang dokter bermarga Li di sebuah rumah sakit tersier di Provinsi Sichuan.

"Kami kehabisan stok obat demam dan pilek, sekarang menunggu pengiriman dari pemasok kami. Beberapa perawat di klinik demam dinyatakan positif, tidak ada tindakan perlindungan khusus untuk staf rumah sakit dan saya yakin banyak dari kita akan segera terinfeksi," tambah Li.

Seorang perawat di rumah sakit lain di Chengdu berkata: "Saya dibanjiri hampir 200 pasien dengan gejala COVID tadi malam."

Wan Ling, seorang kepala perawat di sebuah rumah sakit di Huashan di provinsi Anhui China, menulis di Weibo, banyak rekannya yang terinfeksi relatif serius dan mengalami demam tinggi.

Beberapa dokter dari rumah sakit umum top provinsi Wuhan, Tongji, juga dinyatakan positif COVID-19, tetapi sejak Minggu tidak diizinkan untuk mengambil cuti, kata seorang perwakilan penjualan farmasi yang mengetahui langsung masalah tersebut kepada Reuters, menolak disebutkan namanya.

"Mereka harus tetap bekerja selama sakit," kata orang yang rutin mengunjungi rumah sakit dan berbicara dengan dokternya baru-baru ini.

Rumah sakit Tongji tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Terpisah, Ben Cowling, seorang ahli epidemiologi di Universitas Hong Kong, mengatakan sumber daya medis yang tidak mencukupi untuk mengatasi kelebihan kasus COVID, berkontribusi pada lonjakan kematian di Hong Kong ketika infeksi memuncak di sana awal tahun ini, memperingatkan bahwa hal yang sama bisa terjadi China.

"Salah satu alasan kami memiliki tingkat kematian yang tinggi (di Hong Kong), adalah karena kami tidak memiliki sumber daya rumah sakit yang cukup untuk mengatasi lonjakan tersebut. Dan sayangnya, itulah yang akan terjadi dalam waktu sekitar satu atau dua bulan," tukas Cowling.

Sementara itu, media pemerintah Xinhua melaporkan terdapat 50 pasien saat ini dalam kondisi serius atau kritis di rumah sakit karena COVID di Beijing.