YOGYAKARTA - Meski sama-sama organisasi keagamaan Islam, terdapat perbedaan antara Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam aktivitas di bulan Ramadan. Keduanya memiliki perbedaan dalam menentukan waktu awal puasa dan salat Idul Fitri. Selain itu, ada beda tradisi salat tarawih NU dan Muhammadiyah.
Setiap bulan Ramadan, umat Islam akan menjalankan salat tarawih. Ibadah sunah ini dilakukan secara berjamaah pada malam hari. Jumlah rakaat salat tarawih berbeda dengan salat wajib dan salat sunah lainnya. Tak hanya itu, para penganut organisasi NU juga memiliki tata cara berbeda dari Muhammadiyah dalam salat tarawih.
Baik Muhammadiyah maupun NU, keduanya sama-sama memiliki jemaah yang cukup besar. Lantas seperti apa perbedaan tradisi salat tarawih NU dan Muhammadiyah yang penting untuk disimak?
Beda Salat Tarawih NU dan Muhammadiyah
Walaupun terdapat perbedaan tradisi salat tarawih Muhammadiyah dan NU, bukan berarti salah satu dari mereka salah tata caranya. Perbedaan salat tarawih NU dan Muhammadiyah terletak pada jumlah rakaat sebelum witir.
Selebihnya tata cara salat tarawih NU dan Muhammadiyah masih sama, baik itu dalam bacaan, gerakan, dan lainnya. Berikut ini letak perbedaan salat tarawih Muhammadiyah dan NU:
Salat Tarawih Versi Muhammadiyah
Salat tarawih Muhammadiyah dilaksanakan sebanyak delapan rakaat. Jumlah rakaat ini lebih sedikit dibandingkan tradisi tarawih versi Nahdlatul Ulama. Setelah delapan rakaat, salat dilanjutkan dengan tambahan tiga rakaat witir.
Jadi total jumlah rakaat salat tarawih orang-orang Muhammadiyah sebanyak 11 rakaat. Lantaran jumlah rakaatnya lebih sedikit, biasanya salat tarawih versi Muhammadiyah berlangsung lebih cepat dibandingkan tata cara NU.
BACA JUGA:
Salat Tarawih Versi NU
Salat tarawih NU memiliki jumlah rakaat lebih banyak dibanding Muhammadiyah, yakni 20 rakaat. Setelah itu menyelesaikan rakaat tersebut, kemudian ditambah tiga rakaat salat witir. Jadi salat tarawih versi NU dilakukan dengan total 23 rakaat.
Sejarah Perbedaan Salat Tarawih NU dan Muhammadiyah
Perbedaan salat tarawih NU dan Muhammadiyah memang bukan hal yang baru. Faktanya beda tradisi tarawih kedua organisasi Islam ini sudah ada sejak lama. Di masa lampau, ada banyak keyakinan di kalangan ulama terkait jumlah rakaat salat tarawih.
Di antara berbagai ulama, ada yang mempercayai rakaat tarawih berjumlah 11, 13, 21, 21, 38, 41, dan bahkan sebanyak 47 rakaat. Perbedaan jumlah rakaat tersebut kemudian mencapai kesepakatan akhir. Di masa itu, mereka sepakat untuk rakaat salat tarawih berjumlah 20 dengan setiap dua rakaat diakhiri salam.
Namun di masa itu ada juga ulama yang punya kebiasaan salat tarawih dengan delapan rakaat yang ditambah tiga rakaat witir. Jadi perbedaan jumlah rakaat salat tarawih memang hal yang umum dan sudah terjadi sejak zaman dahulu.
Sampai saat ini umat muslim di kalangan NU dan Muhammadiyah juga meyakini pelaksanaan salat tarawih dengan jumlah rakaat versi masing-masing. Meski keduanya memiliki perbedaan, namun para jemaah dari keduanya tidak saling bertentangan atau merasa paling benar.
Kedua organisasi tersebut sama-sama memegang komitmen kuat terhadap nilai-nilai Islam. Perbedaaan tata cara tarawih buka berarti memecah atau mengurangi persatuan umat Islam di tanah air. Justru adanya perbedaan tersebut mencerminkan kekayaan dan keberagaman tradisi keagamaan.
Demikianlah ulasan mengenai beda tradisi tarawih NU dan Muhammadiyah yang menarik untuk diketahui. Perbedaan tata cara salat tarawih di antara kedua organisasi Islam tersebut hanya dari segi jumlah rakaat. Salat tarawih versi Muhammadiyah dilakukan dengan jumlah rakaat lebih sedikit dibandingkan versi NU. Baca juga cara menentukan ramadan versi NU, Muhammadiyah, dan pemerintah.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan kabar terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.