Bagikan:

YOGYAKARTA - Orang jomblo atau lajang kerap mendapatkan stigma dan perlakuan negatif di masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, di banyak negara pun orang yang berstatus single atau lajang sering mendapat tindakan diskriminasi. Ada perlakuan-perlakuan tidak adil hanya karena seseorang tidak berpasangan, seperti kebanyak orang. 

Perlakuan tidak adil terhadap kaum jomblo atau lajang ini dikenal dengan istilah singlisme. Perlakuan dan pandangan negatif ini bisa dialami oleh mereka yang sendiri karena belum menikah, maupun terhadap orang yang single karena bercerai. 

Di masyarakat yang menganggap pernikahan atau berpasangan adalah hal yang penting, singlisme banyak sekali ditemukan. Padahal seorang single atau melajang merupakan hak setiap orang dan seharusnya tidak mendapat perlakuan atau stereotip negatif. Lantas apa itu singlisme dan contohnya?

Apa Itu Singlisme?

Mungkin istilah singlisme masih asing di telinga banyak orang. Berdasarkan kamus Cambridge, singlisme adalah unfair treatment of people who are single (not married-yet) atau perlakuan tidak adil kepada orang yang masih lajang atau belum menikah. 

Singlisme juga dapat diartikan sebagai stereotip dan stigmatisasi terhadap orang yang masih lajang. Seringkali ditemukan kebiasaan masyarakat yang menganggap rendah atau menilai buruk status lajang. Seolah-olah pria atau wanita single dianggap sebagai individu yang aneh atau berbeda dari umumnya. 

Istilah singlisme dipopulerkan oleh Bella DePaulo seorang psikolog sekaligus penulis buku-buku psikologi. Bella memperkenalkan istilah singlisme melalui blog miliknya ‘Living Single’. Penjabaran singlisme yang disampaikan oleh Bella kemudian ditambahkan ke Kamus Bahasa Inggris Cambridge.

Bella DePaulo pertama kali memakai kata singlisme di dalam makalah yang diterbitkan yakni melalui tulisan bersama Wendy Morris yang berjudul “Singles in society and in science”. Pada halaman 60 buku tersebut, Bella dan Wendy menyebut sebagai berikut:

“Salah satu implikasi paling penting dari Ideologi Pernikahan dan Keluarga adalah bahwa orang dewasa yang lajang dalam masyarakat Amerika kontemporer adalah kelompok yang terstigmatisasi. Oleh karena itu, mereka menjadi sasaran stereotip negatif, penolakan antarpribadi, kerugian ekonomi, dan diskriminasi (Crocker, Major, & Steele, 1998). Kami menyebut sentimen antisingles ini sebagai singlisme."

Contoh Singlisme

Melalui tulisan berjudul “What It Is, Why It Matters, and How to Stop It”, Bella dan rekan penulisnya menjelaskan bagaimana para lajang menjadi sasaran stigmatisasi, stereotip, hingga diskriminasi. Perlakuan ini bisa terjadi di berbagai bidang, seperti agama, tempat kerja, politik, media, tempat pendidikan, dan kehidupan sehari-hari lainnya. 

Bella memperkuat penemuannya melalui studi eksperimental, analisis undang-undang dan kebijakan, serta pengalaman pribadi. 

Singlisme dianalogikan sama seperti rasisme dan seksisme yang terjadi di masyarakat umum. Istilah singlisme tidak hanya menempel untuk orang lajang, namun berhubungan dengan status perkawinan. Sebagaimana rasisme tidak merujuk khusus pada perempuan dan rasisme tidak menyebut ras tertentu. 

Jadi singlisme juga tidak merujuk pada orang lajang atau belum berpasangan. Bella mengatkana singlisme digunakan sebagai kacamata dalam status perkawinan tertentu yang menjadi stereotip dan diskriminasi. Sementara orang lajang adalah mereka yang terkena sanksi singlisme. 

Bias atau perlakuan kurang adil yang dialami oleh orang menikah tidaklah sama dengan orang lajang. Orang-orang yang lajang atau tidak menikah seringkali mendapat perlakuan tidak adil yang motifnya dari statusnya tersebut. 

Di Indonesia misalnya, orang yang jomblo sering disebut sebagai perawan tua atau perjaka tua karena dinilai tidak kunjung mendapat pasangan. Padahal mereka status jomblo atau lajang tersebut adalah karena pilihan mereka sendiri. Mereka merasa nyaman dan tidak masalah menjadi pria atau wanita single tanpa pasangan. 

Demikianlah ulasan mengenai apa itu singlisme dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena singlisme masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia. Namun semakin ke sini, banyak orang semakin lebih peduli dan paham terhadap orang yang memutuskan tetap single atau belum berpasangan. Baca juga aplikasi kencan paling populer di dunia.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kami menghadirkan kabar terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.